Lihat Cara Donwload Disini
Lihat Cara Donwload Disini

Friday, September 23, 2011

Liarnya wanita setengah baya - 2

"Dy, coba lubangku yang satu dong?" pintanya sambil merengek.

"Hah! Mbak aku belum pernah," sergahku.

"Sudahlah Dy, coba deh asyik kok," sambil berkata begitu, tangan Debbie mencoba mengambil sisa cairan di paha Lucy dan mengoleskan ke lubang analnya.

"Sini dong Dy" tangan Debbie membimbing penisku untuk memasuki lubang analnya.

Karena bantuan cairan tadi membuat batang penisku dengan mudah menghujam anal Debbie.

"Aaoww" rintih Debbie saat penisku masuk semuanya dalam lubang analnya.

"Mbak.. Gila banget.. Uughh" aku merintih kenikmatan.

Permainan sex semacam ini, pertama buat aku. Lubang anal Debbie benar-benar seperti gadis yang masih perawan. 1 jam penuh akhirnya aku harus membiarkan diriku melayang oleh 2 wanita sebaya yang dengan hebatnya menguras tenagaku.

"Mbak, Dandy nggak tahan.. Mbak," dan disaat aku mulai mencapai klimaks, tiba-tiba tangan Lucy sudah meraih batang penisku dan mengarahkan ke mulutnya.

"Crut.. Crut.. Crut.. Crut," entah berapa kali spermaku muntah dalam mulut Lucy

"Aakhh.. "jeritku.

Sungguh fantastis, disaat aku menemukan klimaks itu, mulut lucy tetap saja mengocok, mengulum dan menyedot dalam-dalam penisku. Kedua wanita tersebut benar-benar tidak ingin spermaku keluar setetespun dari dalam mulutnya, sehingga aku benar-benar dibuat terbang oleh keduanya.

Permainan pertama berakhir dengan kepuasan yang amat sangat dan dinding-dinding hotel E, manjadi saksi bisu permainan sex kami bertiga. Setelah itu kami bertiga memesan makanan yang ada pada menu hotel. Dengan penuh canda, tawa dan gurauan yang lucu, membuat kita bertiga seperti sudah lama kenal. Sesekali Debbie menggodaku

"Dy, kamu minum jamu apa sih kok kuat banget ngesexnya?" tanyanya.

"Tahu tuh, gede banget punya kamu Dy. " Lucy memuji penisku.

Kedua wanita setengah baya tersbut sepertinya bisa menerima service yang sudah aku berikan, karena aku lihat mereka berdua begitu happy.

"Mbak, mau pulang jam berapa?" tanyaku.

"Sekarangkan 23.15 menit, sebentar lagi deh. Kita belum main rame-rame?" kata Debbie.

"Deb, yuk kita main lagi buruan nih sudah malam," ajak Lucy.

Mereka berdua berdiri menghampiri aku dan menarikku ke atas ranjang, hingga posisiku terlentang diatas ranjang. Debbie langsung naik keatas wajahku untuk menyodorkan lubang surgawinya ke arah mulutku. Dengan mudah aku mulai menjelajahi seluruh bibir vagina Debbie.

"Srupp.. Mmm.. Srrupp" suara lidahku mengoyak vagina Debbie.

Sesekali Debbie bergerak naik turun, sedangkan lidahku berkali-kali mengorek-ngorek dinding vaginanya. Terlihat dari bawah buah dadanya yang kenyal naik turun, seiring gerakkan tubuhnya diatas wajahku mengikuti jilatan lidahku.

Sedangkan Lucy sudah mulai melahap penisku yang sudah muali berdiri tegak. Perasaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, karena begitu nikmatnya permainan tersebut.

"Ugh.. Dy.. Terus.. Sayang masukan lidahmu.. Oohh," rintih Debbie.

Kedua tangan Debbie meremas buah dadanya yang semakin kencang. Dibawah selangkanganku, Lucy benar-benar melahap batang kemaluanku dengan liarnya. Aku sendiri tidak bisa mendesah karena posisi Debbie yang berada diatas wajahku. Sehingga semakin nikmat hisapan mulut Lucy, semakin kencang pula aku menghisap vagina Debbie. Selang beberapa saat, Debbie bangkit dari atas tubuhku dan berkata,

"Lucy, aku sudah tidak tahan.. Gantian dong kamu yang diatas," pinta Debbie.

Tanpa banyak kata-kata, Lucy menuju arah wajahku dan menggantikan posisi Debbie tadi. Cuman bedanya, kalo posisi Debbie tadi menghadap tembok, sedangkan Lucy menghadap Debbie. Debbie langsung meraih batang kemaluanku untuk dibimbing masuk ke dalam lubang surgawinya.

"Bless.. Crekk.. Crekk," suara batang kemaluanku menembus lubang vagina Debbie.

Goyangan pinggul Debbie, menimbulkan sensasi yang luar biasa hingga aku rasakan sampai menyentuh jantungku. Sesekali gerakan Debbie, berganti naik turun.

"Oohh.. Dy.. Gila.. Lidah kamu.. Enak banget sayang.. " puji Lucy.

Kedua wanita paruh baya malam itu benar-benar ingin terbang bersama, terbukti keduanya saling cium, saling raba dan saling merangsang. Sedangkan kedua lubang vagina mereka sudah sama-sama aku kerjai. Dibawah selangkanganku, Debbie aku sumbat dengan batang kemaluanku dan diatas, Lucy dihujam berkali-kali oleh lidahku yang nakal.

"Ohh.. Ampun.. Enak baget.. Sss," rintih Lucy.

"Ss.. Dy.. Asyik banget penis kamu.. Uuhh," desah Debbie.

"Uuuhh Lucy.. " rintih Debbie, ketika mulutn tipis Lucy menjilat, mengulum dan menghisap punting Debbie.

"Dy.. Aku mau keluar" rintihan Debbie dibarengi dengan gerakan seperti kuda liar yang berkelenjotan kesana-kemari tidak beraturan.

"Dyy.. Am.. Pun.. Ahh," Debbie menjerit panjang.

Terasa sekali cairan hangat yang keluar dari lubang vaginanya. Dan aku tidak peduli dengan keadaan Debbie yang lunglai. Karena mulutku masih asyik menikmati clitoris Lucy yang sudah mulai becek dengan cairan yang membasahi daerah sekitar vaginanya. Sampai akhirnya Lucy bangkit dan berkata kepadaku,

"Sudah Dy, aku nggak tahan ingin merasakan penis kamu," pinta Lucy.

"Aku yang dibawah ya Dy?" ajak Lucy.

Dan aku segera bangkit dari posisiku yang pertama, sedangkan Lucy sudah menggantikan posisiku yang terlentang. Kedua kaki Lucy aku letakkan diatas pundakku, sehingga dengan mudah memasukkan penisku.

"Slebb.. " penisku menerobos kerumanan rambut Lucy yang lebat.

"Oohh.. Dandy.. Kamu.. Pintar sekali sayang," kata Lucy memuji.

Gerakan maju mundur pinggulku semakin maksimal dengan posisi seperti ini, dan sesekali Lucy mengimbangi untuk menggoyang pantatnya yang montok.

"Gilaa.. Kamu.. Dy.. Penis kamu panjang sekali," kata Lucy sambil merem melek menikmati tikaman penisku pada lubang kemaluannya. Debbie yang sudah mulai bangkit dari rebahannya, langsung menyerbu buah dada Lucy yang bergerak keatas dan kebawah seiring dengan gerakan penisku yang keluar masuk di vaginanya.

"Uuhh.. Sss.. " Lucy merintih dan meremas rambut Debbie yang sedang asyik menikmati puntingnya.

"Mbak Lucy, vagina kamu seret banget.. Asyik Mbak.. " kata ku singkat.

"Iya Dy.. Nikmati semua sayang.. Sss," untuk kesekian kalinya Lucy merintih hebat sembari bergetar tubuhnya. Disaat aku sedang menikmati lubang surgawi Lucy, tiba-tiba Debbie melepaskan lumatannya dan berkata,

"Lucy, coba anal dong..?" kata Debbie.

"Sss.. Aku belum pernah Deb.. Sss," jawab lucy sambil tetap menikmati batang penisku yang tiada hentinya menghunjam lubang vaginanya.

"Makanya coba gih, enak banget lho.. Dandy stop deh!" perintah Debbie.

Aku langsung melepas batang penisku dari lubang vagina Lucy. Debbie yang terlihat lebih fasih dalam urusan sex, segera membimbing Lucy untuk posisi yang ideal. Lucy mengambil posisi doggie style dan sebelum aku masukkan pada lubang anal Lucy, Debbie terlebih dulu menjilati lubang anal Lucy.

"Deb.. Geli.. Ss" rintih Lucy saat lidah Debbie mendarat di lubang analnya.

Setelah benar-benar basah dengan air jilatan lidah Debbie, batang kemaluanku segera digapai oleh Debbie dan memerintahkan aku untuk segera beraksi.

"Dandy, masukin dong," perintah Debbie.

Aku yang terbengong dari tadi melihat adegan Debbie, bergegas membimbing batang kemaluanku yang masih kencang untuk masuk ke lubang anal Lucy.

"Ssrett.. " suara kepala penisku mulai berusaha menerobos lubang anal Lucy.

Dan ketika kepala penisku mulai masuk "bless", Lucy merintih.

"Aahh Deb.. Sakit.. "rintih Lucy.

"Relax saja Lucy, sebantar lagi juga enak kok," bujuk Mbak Debbie.

Sembari membujuk seperti itu, Debbie segera mengambil posisi dibawah tubuhku dan tubuh Lucy. Mulutnya mulai mnejilati clitoris Lucy dari bawah. Pahaku terasa geli ketika bukit kembar Debbie menggesek-gesek kulit luar pahaku mengikuti irama lidahnya yang keluar masuk di lubang vagina Lucy.

"Dy.. " Lucy mendesah hebat ketika batang penisku, sepenuhnya mengoyak lubang analnya.

"Gilaa.. Debb.. Kamu.. Sss.. " rintih Lucy yang semakin jelas bisa menerima dan menikmati style tersebut.

Kedua lubang Lucy benar-benar digempur oleh aku dan Debbie. Lubang anal Lucy sempit dikocok oleh penisku yang besar dan lubang vaginanya di kocok oleh lidah Debbie yang sedikit liar dan brutal.

"Aaduhh.. Aku.. Mau keluarr.. Sss" rintih Lucy.

"Deb.. Aaahh" Lucy merintih panjang.

Sedangkan aku masih liarnya menggapai klimaks, seraya menghujamkan penisku keluar masuk anal Lucy tanpa mau tahu apa yang sudah terjadi dengannya.

"Mbak.. Aku juga sudah.. Mau keluar.. " erangku.

"Mbak.. Uugghh" aku merintih panjang.

Bersamaan dengan hal tersebut, Debbie yang dari tadi sudah menunggu anti klimaksku, langsung mencabut penisku dan dengan liarnya mengocok dengan cepat batang penisku, dan akhirnya sampailah aku dipuncak kenikmatan itu.

"Crut.. Crut.. Crut.. Crut" spermaku berhamburan keluar dan dengan buasnya kedua wanita paruh baya tersebut berebut menikmati spermaku yang entah berapa kali menyembur keluar dalammulut mereka.

"Banyak banget sperma kamu Dandy?" tanya Debbie.

Aku tidak bisa menjawab sepatah katapun karena memang aku sedang menikmati puncak permainan tersebut. Kedua wanita tersebut benar-benar istri yang haus kenikmatan tentang sex. Terbukti keduanya benar-benar membersihkan ceceran spermaku yang masi tersisah dengan lidahnya.

"Lucy, yuk buruan mandi sudah jam 00.20 nih," kata Debbie sambil menepuk pantat Lucy.

Tepat jam 01.00 dini hari, kedua wanita tersebut sudah kembali dandan dan siap untuk pulang kerumah masing-masing.

"Dandy, terima kasih ya, kamu memang hebat dan sekarang kita berdua mau balik ke rumah, ntar suami aku mencariku," Lucy berkata demikian sambil mencium bibirku, begitu juga dengan Debbie.

"Kamu istirahat saja dulu sayang disini, toh kamar ini sudah aku booking sampai pagi. Jangan khawatir aku sudah bayar kok" perintah Debbie.

"Terima kasih sayang, aku harap kita bisa ulangi permainan ini," kata mereka berdua.

"Terima kasih adik kecil," Debbie mencium penisku yang masih terkulai lemas, setelah permainan kedua yang kami lakukan tadi.

Mereka berdua meninggalkan aku yang masih duduk termangu di bibir ranjang, sambil menikmati goyangan pinggul mereka yang berjalan meninggalkan aku. Malam itu benar-benar pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan 2 wanita sekaligus dan aku tidak percaya mampu mengimbangi permainan mereka berdua. Bisa dibilang, mereka berdua adalah 'guru' dalam masalah sex karena mereka lebih lama berumah tangga dibandingkan dengan aku.

Tetapi sekali lagi pengalaman pertama ini, semakin membuat diriku yakin bahwa sex akan bisa dinikmati jika kedua belah pihak menginginkannya. Dan yang terpenting, sex adalah sesuatu yang indah jika kita bisa menerjemahkan dalam visualnya.

Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Aku bergegas naik keranjang dan tidur dengan pulas sambil berharap mimpi indah akan datang dalam tidurku.

Pagi hari, aku merasa fresh dengan tubuhku, aku mandi dan dandan rapi untuk kembali kekantor. Sambil meninggalkan hotel E, yang sudah memberikan pengalaman manis buat kehidupan sex aku.

*****

Pembaca Rumah Seks ini adalah pengalamanku yang pertama untuk menikmati, mengenal apa itu anal sex dan bagaimana nuansa sex yang dimainkan secara ramai-ramai.

Aku sungguh beruntung mempunyai teman sebaya seperti mereka karena dari mereka-mereka aku bisa menambah pengetahuanku tentang sex education. Sekali lagi, apa yang sudah saya ceritakan adalah benar-benar nyata bukan fiktif. Aku hanya mengganti nama dan tempat supaya bisa menjaga rahasia identitas mereka karena itu sudah janji dan komitmen antara aku dengan mereka berdua.

Bagi para pembaca yang mau mengirimkan saran, kritikan, diskusi dan bertukar pengalaman, silahkan kirim di email aku. Pasti aku balas!!

Surabaya, 10 April 2004

Tamat

Anda sedang membaca artikel tentang Liarnya wanita setengah baya - 2 dan anda bisa menemukan artikel Liarnya wanita setengah baya - 2 ini dengan url http://anaksetress.blogspot.com/2011/09/liarnya-wanita-setengah-baya-2.html, anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Liarnya wanita setengah baya - 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link Liarnya wanita setengah baya - 2 sumbernya.

0 komentar:

Post a Comment

?

 
Design by Blogger Indonesia | Bloggerized by Pratama