Lihat Cara Donwload Disini
Lihat Cara Donwload Disini
Showing posts with label Bondage. Show all posts
Showing posts with label Bondage. Show all posts

Friday, December 30, 2011

Me and My Teacher - 5

Dapat kulihat senyum puas ibu Anna melihat wajah menderitaku. Dalam sekejab aku merasakan sudah tidak mempunyai harga diri lagi setelah ibu Anna memperlakukanku demikian, namun dalam hati aku memohon agar ibu Anna tidak mempunyai pikiran untuk memasukan seluruh bagian penis itu. Aku kemudian melihat tangan ibu Anna mengambil sebuah botol baby oil dan menuangkan isinya ke penisnya serta ke daerah sekitar lubang anusku. Pada saat itu aku sangat jengkel sekali, ingin rasanya aku berteriak "kenapa nggak dari tadi aja!" namun kubatalkan karena takut nanti malah berakibat fatal pada diriku.

Sesaat kemudian aku merasakan ibu Anna mulai kembali mendorong penisnya yang kini sudah dilumuri baby oil. Aku dapat merasakan bantuan minyak itu dalam mengurasi sakit akibat gesekan, meskipun masih terasa sedikit sakit, namun kini sudah jauh berkurang. Kini yang kurasakan adalah betapa penis itu memenuhi ruang di rectum (bagian terluar dari usus besar) ku. Sedang tadi ketika penis itu masuk baru setengah saja aku sudah merasa begitu "penuh", apalagi sekarang ketika sudah hampir seluruhnya masuk. Seakan-akan ada sesuatu yang ingin keluar dari kerongkonganku, walaupun aku tahu itu hanya perasaanku saja.

Tak lama kemudian aku dapat merasakan paha ibu Anna yang menyentuh pahaku, tanda sudah masuknya seluruh bagian penis itu. Pada saat itu mulutku menganga lebar sedang nafasku teregah-engah seperti orang yang mau melahirkan, bahkan tubuhku sempat gemetar tak terkendali. Setelah aku mengatur nafas sejenak barulah aku mulai kembali tenang. Sesaat kemudian, ibu Anna mulai menggerakkan maju-mundur penis itu dengan perlahan. Rasa malu dan takut bercampur aduk di hatiku pada saat itu, malu karena aku serasa diperkosa oleh ibu Anna dan takut jika penis besar itu akan melukaiku dengan parah.

Dengan perlahan namun pasti, ibu Anna mulai menaikan temponya, sesekali dia berhenti untuk kembali melumuri penis itu dengan baby oil sampai penis itu benar-benar bisa sliding dengan mudah. Dan kembali aku dikhianati oleh tubuhku sendiri. Meski dengan susah payah aku mencoba menahannya, namun tetap saja aku tidak berhasil, penisku dengan perlahan mulai ereksi, apalagi kemudian ibu Anna kembali mempercepat pompaannya yang memang terasa nikmat sekali buatku. Tanpa dapat kulawan, penisku kembali full ereksi, bahkan jika tidak kutahan-tahan, ingin sekali rasanya aku mengocok penisku.

Kini ibu Anna merubah gayanya, ia menarik penisnya dengan perlahan sampai hampir keluar, kemudian memasukannya kembali dengan cepat sampai setengahnya dan demikian seterusnya. Sensasi yang kurasakan sungguh dahsyat, seandainya aku mengocok penisku pastilah aku sudah ejakulasi. Aku sendiri menjadi heran dan dalam hati aku bertanya-tanya apakah aku ini memang seorang gay? Tiba-tiba saja sebuah pikiran terlintas dalam benakku. Aku kemudian berpura-pura untuk kesakitan setiap kali ibu Anna menyodok penisnya, hal ini kulakukan karena aku sungguh malu jika ibu Anna mengetahui aku justru menikmati perbuatannya padaku. Entah karena aktingku yang buruk atau memang ibu Anna yang tidak mudah ditipu.

"Jangan pura-pura kamu" kata ibu Anna padaku.

Setelah itu dengan tiba-tiba ia menyodok penisnya sampai pahanya beradu dengan pahaku sehingga menimbukan bunyi "plok".

"Aaahh" jeritku lirih. Itu jelas-jelas jeritan kenikmatan yang tanpa sadar kukeluarkan.
"Dasar nggak tahu malu" kata ibu Anna lagi padaku.

Jika saja pada saat itu aku menoleh kebelakang, ibu Anna akan melihat wajahku yang merah padam karena malu. Sesudah itu, kembali ibu Anna mempercepat temponya, dan kembali tanpa tertahan lagi aku mendapatkan kenikmatan yang selama ini belum pernah kurasakan. Kini setelah ibu Anna mengetahui rahasiaku, aku merasa tidak ada gunanya lagi untuk berpura-pura, aku mulai dengan perlahan ikut menggerakkan pantatku mengimbangi gerakannya, serta mulutku tak henti-hentinya mengeluarkan rintihan kenikmatan. Sesekali ibu Anna menghentikan gerakannya, pada saat itulah tanpa rasa malu, aku justru menggerakan pantatku memompa penis itu. Ibu Anna tertawa terbahak-bahak setiap kali aku melakukannya, apalagi setelah ibu Anna memegang penisku, ia mendapatinya sudah benar-benar tegang.

"Dasar banci!, kamu malah horny waktu dientot" katanya dengan pedas. Katanya sambil tangannya menepuk pantatku.
"Benar-benar menjijikan" sambungnya mengejekku. Sambil tak henti-hentinya dia mengeluarkan kata-kata hinaan yang menyakitkan. Pada saat itu aku merasa terhina sekaligus terangsang mendengar caciannya.

Beberapa menit kemudian, ibu Anna menarik penisnya hingga hampir keluar dari lubang anusku. Tanpa sadar aku memundurkan pantatku agar penisnya tidak keluar, kemudian dengan gerakan perlahan, ibu Anna berjalan mundur. Aku tahu ini dimaksudkan agar aku mengikutinya. Aku hampir saja terjerembab ke depan setelah kedua tanganku yang terikat, tidak lagi mempunyai tempat tumpuan, namun dengan sigap ibu Anna memegang kedua pinggulku agar aku tidak terjatuh. Dapat kurasakan kedua tangannya yang halus menahan berat tubuhku, dalam hati aku heran juga bagaimana caranya wanita yang dari luar tampak anggun ini bisa mempunyai tenaga yang lumayan kuat. Kemudian dengan perlahan aku mencoba meletakkan tanganku di lantai, karena tubuhku boleh dibilang lentur, berkat sering bermain sepakbola, dengan mudah aku dapat melakukannya. Dan dengan keadaan demikianlah kami secara perlahan berjalan keluar dari kamar mandi itu.

Sesampainya di tepi ranjang, ibu Anna membantuku untuk berbaring telentang di tengah-tengah ranjang itu, sedangkan dia kini berada diatas tubuhku, kami melakukannya tanpa membuat penis itu keluar dari tempatnya. Kedua tangannya menggenggam kedua pergelangan kakiku kemudian merentangkan keduanya, setelah itu dengan perlahan kedua kakiku didorongnya hingga lututku hampir menyentuh dadaku yang mengakibatkan bagian pinggang kebawah terangkat ke atas. Sesudah itu, ibu Anna kembali memompa penisnya dengan perlahan dalam lubang anusku. Setelah beberapa saat lamanya, ibu Anna mempercepat pompaannya. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang kurasakan saat itu, namun jelas itu adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa.

"Mana suaranya?" tanya ibu Anna sambil mempercepat pompaannya. Dengan suara perlahan aku merintih-rintih kenikmatan.
"Yang kenceng! perek" bentak ibu Anna gusar, sambil dengan tiba-tiba dia menghujamkan penisnya dalam-dalam.
"Aaahh" jeritku tak dapat menahan sensasi yang kualami.

Ibu Anna terus memompa dengan kencang, sampai-sampai terdengar bunyi beradunya paha ibu Anna dengan pantatku. Aku terus-terusan menjerit histeris seperti layaknya pelacur setelah menerima kenikmatan yang bertubi-tubi. Inilah kali pertamanya dalam hidupku, aku mengalami kenikmatan yang begitu intens. Meskipun baru pertama kalinya aku melakukan seks seperti itu, namun aku dapat mengatakan dengan pasti jika ibu Anna benar-benar ahli dalam hal itu. Terkadang ibu Anna memperlambat, kemudian mempercepat pompaannya dengan tiba-tiba. Sesaat kemudian ibu Anna berhenti secara tiba-tiba sehingga membuatku menjerit-jerit frustasi akibat ulahnya.

"Kamu harus memohon" katanya sambil menahan tawa melihat tingkahku yang seperti pelacur murahan.
"Please bu" kataku dengan terengah-engah.
"Please apa?" katanya lagi padaku.
"Please bu.. Saya mohon ibu melakukannya" kataku dengan lemah.
"Melakukan apa?" tanyanya lagi seakan masih tidak puas mendengar ucapanku. Aku terdiam sejenak untuk berpikir kata apa yang akan kugunakan untuk menjawabnya.
"Senggama" jawabku setelah berpikir.
"Dasar kontol, lu kira sekarang ini lagi belajar bahasa indonesia hah!, bilang ngentot" kata ibu Anna dengan gusar mendengar jawabanku yang memang konyol itu.
"Saya mohon ibu Anna ngentotin saya" kataku tanpa malu-malu lagi setelah tersiksa dengan kenikmatan yang kini tertunda.
"Ngentotin apa kamu?" kembali dengan menjengkelkan, ibu Anna bertanya padaku.
"Lubang anus saya" jawabku cepat.
"Untuk selanjutnya bilang vagina, ngerti?" kata ibu Anna setelah mendengar ucapanku. Aku segera mengiyakan perkataannya.
"Sekarang bilang yang lengkap" katanya padaku sambil tangannya merenggangkan kakiku lebih lebar lagi, dan menarik penisnya sehingga tinggal ujungnya saja yang masih tertanam dalam "memekku".

"Saya mohon ibu mau ngengtotin vagina saya" kataku padanya cepat karena khawatir ibu Anna akan berubah pikiran.
"Yang keras" sahut ibu Anna mendengar perkataanku.
"Saya mohon ibu mau ngentotin vagina saya" jawabku setengah berteriak karena frutasi.

Aku sudah tidak peduli jikalau ada orang yang mendengar perkataanku itu, sekarang ini sudah tidak ada logika dalam kepalaku, yang ada hanyalah nafsu birahi. Sedetik kemudian, dengan cepat ibu Anna menghujamkan penisnya sampai pangkalnya.

"Aaahh" jeritku panjang merasakan nikmat dan perih yang menjadi satu.

Setelah diam dalam posisi demikian sejenak, kemudian barulah dia mulai menggerakan pinggulnya memompa penisnya didalam memekku. Dengan konstan, ibu Anna mempercepat pompaannya sampai sesaat kemudian dia sudah mencapai kecepatan maksimal. Derit ranjang serta derai keringat yang jatuh ke tubuhku seakan menjadi bukti liarnya permainan kami. Belum pernah penisku sedimikian tegangnya dalam hidupku sebelumnya, sampai-sampai terasa nyeri akibat banyaknya darah yang terkumpul disana. Setelah sekitar semenit ibu Anna memompaku dengan kecepatan luar biasa, dengan tiba-tiba dia kembali menghujamkan penisnya dalam-dalam, dan tahu-tahu saja aku merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam tubuhku.

"Aaahh" jeritku dengan kencang ketika penisku sudah tidak tahan lagi untuk melepaskan sperma yang sudah lama terkumpul di testisku.

Dengan kencang, spermaku menyembur keluar mengenai perutku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mengalami ejakulasi meskipun aku sama sekali tidak menyentuh penisku. Setelah itu gelombang demi gelombang kenikmatan menjalar diseluruh bagian tubuhku, sehingga tanpa dapat kutahan tubuhku gemetar karena menahan nikmat. Mataku kupejamkan untuk lebih menikmati moment itu, moment terindah dalam hidupku saat itu. Ini adalah orgame yang terhebat dalam hidupku.

"Menjijikan" kata ibu Anna sambil menarik keluar penisnya dan melepaskan kedua pergelangan kakiku yang dipegangannya.

Selang beberapa saat kemudian barulah aku mulai dapat menguasai diriku. Aku merasa kosong sekali setelah penis itu meninggalkan tempatnya, seakan perutku tadi dibelit ikat pinggang yang kencang, dan sekarang sudah dilepaskan. Ketika kubuka mataku, kulihat ibu Anna sudah berada di sebelahku. Tangannya memegang sendok plastik, dan dengan benda itu, ibu Anna menyendoki seluruh sperma di perutku.

"Bangun" kata ibu Anna padaku.

Dengan malas aku mencoba untuk menegakkan tubuhku. Hampir seluruh bagian tubuhku terasa lemah, padahal bisa dibilang sedari tadi ibu Anna lah yang bekerja. Sesaat kemudian aku sudah duduk tegak di ranjang, kulihat ibu Anna menuangkan sperma yang tadi di tampungnya di sendok ke penisnya dengan merata.

Bersambung . . . .

Me and My Teacher - 4

Ibu Anna kemudian membawaku masuk ke dalam kamar tidurnya. Secara sekilas aku sempat melirik ke jam dinding yang terdapat di ruangan itu, yang ternyata baru menunjukan pukul 8 malam, padahal sebelumnya kupikir saat ini sudah hampir tengah malam. Dengan setengah menyeret, ibu Anna kemudian membawaku ke dalam kamar mandi yang terdapat di dalam ruangan itu. Kemudian aku perintahkan untuk duduk di kloset.

Setelah itu, ibu Anna langsung menyalakan shower dan menyiram tubuhku. Hampir saja aku menjerit jika tidak sempat kutahan. Tubuhku menggeliat menahan perih ketika air mulai mengenai kulitku yang lecet-lecet. Kemudian dengan tidak mengatakan apa-apa, ibu Anna memberikan sebatang sabun mandi padaku. Jika saja aku tidak takut pada hukuman, tentunya pada saat itu aku enggan untuk menggunakan sabun mandi, karena tentunya akan perih jika mengenai bekas cambukannya di tubuhku.

Dengan menggigit bibir menahan sakit, aku dengan cepat menyabuni tubuhku, terutama bagian dada yang dada yang kulihat tidak terdapat bekas pukulan disana. Secara tiba-tiba, ibu Anna kemudian merampas sabun itu dari tanganku, kemudian dengan kedua tangannya, ia menyabuni bagian rambut kemaluanku. Aku terkejut dengan perbuatannya yang tiba-tiba itu, dengan mata melotot aku melihat bagaimana dengan lembut ibu Anna "mengeramasi" rambut kemaluanku, hingga tanpa dapat kutahan penisku mulai bereaksi terhadap rangsangan tersebut. Sampai seluruhnya tertutup busa barulah ibu Anna menghentikan pekerjaannya, kemudian dia membuka sebuah lemari kaca kecil yang tertempel di tembok kamar mandi itu. Tangannya kemudian mencari-cari sesuatu dalam lemari itu, dan tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk menemukan benda yang dicarinya.

Benda itu ternyata adalah pisau cukur. Begitu melihatnya aku sudah bisa menebak apa yang akan ibu Anna perbuat padaku nantinya. Dan benar saja, dalam beberapa detik kemudian, tangan-tangan mungilnya dengan cekatan mencukur rambut kemaluanku (yang pada saat itu sudah tumbuh lebat). Penisku yang tadinya sudah setengah tegang, kini langsung menciut setelah merasakan tajamnya pisau cukur itu, sedang jantungku berdebar-debar menyaksikan penggundulan hutan itu. Tak memerlukan waktu lebih dari 2 menit buat ibu Anna untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Setelah di basuh dengan air untuk membersihkan sisa-sisa sabun, aku dapat melihat penisku yang sekarang tampak seperti penis milik seorang bocah, bersih tanpa rambut selembarpun. Dengan lembut ibu Anna kemudian meraba-raba kulit yang sebelumnya masih di tumbuhi rambut itu, wajahnya menunjukan ekspresi kepuasan atas hasil kerjanya. Dan entah bagaimana mengungkapkannya, selama sebulan ini, aku sering berada dalam keadaan bugil di depan ibu Anna. Kini entah bagaimana, aku merasa keadaanku lebih telanjang dari sebelumnya. Ini adalah hal yang harus kalian alami sendiri barulah tahu bagaimana rasanya.

Ibu Anna tidak lantas berhenti sampai disana, berikutnya adalah giliran kedua ketiakku yang dicukurnya hingga bersih. Kini boleh dibilang selain wajahku, di tubuhku tidak terdapat rambut lain. Setelah itu barulah ibu Anna menggunakan handuk untuk mengeringkan tubuhku. Tubuhku yang tadinya lengket karena keringat yang mengering, kini kembali menjadi segar setelah mandi.

Setelah itu ibu Anna memerintahkanku untuk berdiam dalam posisi merangkak di lantai kamar mandi, agak sedikit kesulitan aku melakukannya karena kedua tanganku yang terikat. Kemudian aku merasa ada sesuatu yang ditempelkan di lubang anusku, ketika aku menoleh untuk menegok, aku melihat ibu Anna memegang selang air yang ujungnya ditempelkan tepat di lubang anusku. Aku agak panik dengan apa yang akan dilakukannya, tanpa terasa pinggulku bergerak untuk menghindari selang itu.

"Diam! Kalau nggak mau 20 kali cambukan, jangan bergerak sedikitpun" bentaknya melihat gelagatku.

Bagaikan tersihir, tubuhku langsung diam mematung. Setelah itu barulah ibu Anna memutar keran air yang terhubung ke selang itu. Detik berikutnya aku langsung merasakan air dingin menerobos lubang anusku. Aku tidak merasakan sakit, hanya saja perasaan tidak nyaman serta perasaan takut dengan hal yang baru pertama kalinya kualami ini, pada saat itu aku tidak tahu bahwa hal itu (enema) adalah hal biasa dalam permainan seks bdsm. Perutku yang sebelumnya sudah menggembung karena kekenyangan, kini mendapat tekanan tambahan akibat air didalam usus besarku. Tanpa dapat kutahan tubuhku gemetar menahan perasaan kembung seakan perutku akan meledak, juga dingin yang terasa didalam perutku.

"Tahan! Kalau sampai tumpah sedikit saja, mulut kamu yang bertanggung jawab" ancamnya padaku setelah melihat tubuhku yang gemetaran. Untung saja tak lama sesudah berkata demikian, ibu Anna segera mematikan kerannya.
"Saya beri kamu lima menit untuk urusan kamu" kata ibu Anna tiba-tiba, dan langsung saja ia meninggalkanku sendirian di dalam kamar mandi itu.

Tanpa membuang waktu aku berdiri, membuka penutup kloset dan langsung duduk. Membutuhkan waktu cukup lama untuk mengeluarkan seluruh isi usus besarku itu. Semenit setelah aku selesai melakukannya barulah ibu Anna kembali ke dalam kamar mandi itu. Begitu masuk, ia langsung menghampiriku yang masih terduduk diam. Tangannya mengocok perlahan penisku yang sudah kembali ke bentuk asalnya, dan wow aku merasa begitu sensitif karena sentuhan perlahan saja sudah memberikan reasksi pada penisku. Setelah sudah benar-benar ereksi, ibu Anna dengan tiba-tiba menghentikan pekerjaannya.

"Apa kamu kira penis kamu itu ada gunanya?" kata ibu Anna padaku dengan sinis.

Aku hanya terdiam saja mendengar perkataannya. Seperti biasa, ibu Anna tidak akan memberikanku kepuasan pikirku.

"Sekarang kamu oral penis ini" kata ibu Anna sambil menunjuk ke penis buatan yang tertempel di celana dalamnya itu.

Dengan terkejut aku menatap wajahnya, seperti ingin memastikan apa yang barusan kudengar.

"Terserah kamu mau melakukannya apa tidak, asal kamu tahu saja, kalau penis ini masuk ke anus kamu dengan keadaan kering seperti ini, anus kamu tidak sobek saja sudah bagus" kata ibu Anna membalas tatapan mataku.

Mendengar hal itu seperti orang linglung, aku menatap matanya dengan mulut menganga, tidak percaya dengan hal yang barusan kudengar. Dengan hati menclos aku kemudian melihat ke arah "penis" ibu Anna itu. Penis itu benar-benar mirip sekali dengan penis asli, lengkap dengan topi baja serta urat-urat yang menonjol di sekelilingnya sedangkan ukurannya jauh melebihi penisku yang pada saat itu masih ereksi. Ukurannya sama saja dengan penis yang terdapat dalam film-film porno keluaran vivid itu.

Yang menjadi masalah adalah aku yakin kalau diriku ini bukan gay dan hal ini menurutku menjijikan. Aku menelan ludah ketakutan membayangkan bagaimana jadinya jika monster penis itu benar-benar masuk ke anusku. Sementara itu ibu Anna sepertinya sudah tidak sabar ingin melakukannya, dia memberikan perintah agar aku berbalik. Mendengar perkataannya, dengan terburu-buru aku segera memasukan penis itu ke dalam mulutku. Ini toh penis buatan pikirku pada saat itu. Dengan cepat aku mengulum penis itu sehingga hampir saja aku tersedak. Pada saat itu aku tidak melihat wajah ibu Anna, tapi dapat kupastikan wajahnya pasti tersenyum sinis melihat aku melakukannya.

Tidak ada hal yang membuatku meragukan ucapan ibu Anna untuk memasukan penis itu ke dalam anusku, karena itu sebisanya aku membasahi seluruh permukaan penis itu dengan ludah agar dapat berfungsi sebagai pelumas saat nanti memasuki lubang anusku. Selang semenit kemudian aku merasakan ada sesuatu yang salah dari tubuhku, entah bagaimana aku mulai menikmati pekerjaanku itu. Untung saja penisku memang sebelumnya sudah ereksi, karena jika tidak, ibu Anna pasti melihat penis kecil yang menegang ketika pemiliknya sedang mengoral penis buatan yang ukurannya hampir 2 kali lipatnya.

"Sudah" kata ibu Anna dengan perlahan.

Aku pura-pura tidak mendengarkan perkataannya yang memang pelan sekali itu, disamping aku merasa masih belum cukup aman jika penis itu masuk ke lubang anusku, aku juga tanpa sadar menikmati perbuatanku.

"Cukup" katanya sekali lagi, kali ini aku mendengar dengan jelas perkataannya.

Aku segera menghentikan pekerjaanku. Dengan segera aku diperintahkan untuk berbalik. Kini aku membelakangi ibu Anna, tubuhku membentuk sudut 90 derajat dengan kedua tangan menumpu pada plastik penutup kloset. Aku memejamkan mataku menanti dengan was-was. Sedetik kemudian aku merasakan sakit sekali ketika kepala penis ibu Anna mencoba memasuki lubang anusku, dengan reflek lubang anusku menutup sehingga kepala penis yang tadinya sudah masuk setengah keluar lagi, aku menggigit bibirku menahan perih yang ditinggalkannya.

"Kamu harus tenang kalau tidak mau terluka" kata ibu Anna kepadaku.

Enak baginya bicara demikian karena ia tidak merasakannya. Namun kucoba turuti sarannya, aku mengambil nafas panjang untuk menenangkan jantungku yang berdegub kencang. Kembali aku merasakan perih ketika ada benda tumpul yang ingin menerobos lubang anusku. Segera aku mendapat perasaan seperti ingin buang air besar. Kali ini kedua tangan ibu Anna membantu merenggangkan kedua belah pantatku sehingga lubang anusku terbuka lebih lebar. Setelah itu dengan cepat kepala penisnya masuk.

Aku menjerit tertahan dan tanpa sengaja lubang anusku kembali berkontraksi, namun kali ini penis itu tidak keluar dari lubang anusku karena tangan ibu Anna menahannya, malahan akulah yang merasakan sakit di dinding anusku karena hal itu. Setelah itu dengan cepat penis itu menerobos masuk makin dalam. Tubuhku gemetar menahan perih yang seakan menjalar ke seluruh tubuhku. Dengan sebisanya aku menahan untuk tidak menjerit, sedangkan air mata sudah mengambang di kedua mataku.

Kini kedua telapak tangan ibu Anna digunakan untuk memukul-mukul pantatku dengan setengah kekuatannya sambil tak henti-hentinya dia tertawa sinis melihat penderitaanku. Pukulan di pantatku memang bisa dibilang tidak ada artinya di banding sakit karena penis itu, namun aku takut jika nantinya bisa-bisa penis itu kembali keluar dari lubang anusku karena terganggu oleh pukulan-pukulan itu, dan benar saja sesaat kemudian tanpa dapat kutahan, dinding anusku kembali berkontraksi, aku sudah bersiap-siap menahan perih akibat itu.

Tapi ternyata dugaanku salah, penis itu masih tenang-tenang saja di dalam, nampaknya sudah hampir semua bagian penis itu yang masuk didalam, agak lega juga hatiku setelah merasa demikian. Ketika aku menengok untuk memastikannya barulah aku terkejut setengah mati setelah mendapati bahwa baru sekitar setengah bagian penis itu saja yang sudah memasuki lubang anusku.

Bersambung . . . . .

Me and My Teacher - 6

"Jilat sampai bersih" kata ibu Anna kemudian.

Ini adalah hal yang paling tidak kusukai, karena tentu saja sesudah ejakulasi, aku sudah tidak bergairah lagi untuk melakukannya, tapi nampaknya ibu Anna tidak mau tahu, dengan mata melotot ia memandangku yang terlihat sangsi. Penis itu terlihat bersih, aku sendiri heran bagai mana mungkin bisa terjadi, mungkin karena enema yang tadi ibu Anna berikan.

"Mau tidak?" tanyanya dengan geram.

Aku kemudian mengangguk lemah mengiyakan. Dengan perlahan aku mulai menjilati ujung penis itu. Ada tercium sedikit bau kotoran memang, namun ternyata tidak seburuk yang kuduga. Secara perlahan aku mulai memasukan penis itu ke dalam mulutku. Bau khas sperma bercampur dengan bau kotoran dan baby oil tercium oleh hidungku, namun aku masih meneruskan pekerjaanku yang memang masih jauh dari bersih itu. Dengan perlahan kujilati spermaku sendiri yang kini berada di penis itu. Membutuhkan waktu sekitar dua menit bagiku untuk menyelesaikan pekerjaanku itu. Sesudah selesai melakukannya barulah aku merasa mual ingin muntah, namun sebisanya aku menahan perasaan itu. Setelah penisnya selesai dibersihkan, ibu Anna segera beranjak pergi meninggalkanku sendirian di ruang itu.

Aku merasa cukup lega setelah selesai melakukannya, karena aku mengira sekarang ini permainan ibu Anna sudah berakhir, sedangkan aku tadi melihat ibu Anna juga sudah bermandikan keringat dan pastilah dia kelelahan setelah melakukannya. Baru saja sedetik sesudah aku berpikir demikian, aku harus kembali menelan pil kekecewaan. Ibu Anna sudah kembali dengan membawa potongan-potongan pakaian berwarna merah muda serta sebuah benda yang tidak kukenal.

"Pakai ini" kata ibu Anna padaku sambil menyodorkan pakaian dalam genggaman tangannya.

Aku menyambutnya dengan kedua tanganku yang masih terikat. Disana kulihat sebuah celana dalam wanita super mini, dibagian depan hanyalah sebuah segitiga kecil, sedangkan bagian belakang hanyalah berupa sebuah tali. Selain itu ada juga bikini serta sebuah stocking lengkap dengan supporternya.

Kesemuanya satu warna, pink. Dengan tak banyak bicara, ibu Anna membuka ikatan pada tanganku. Setelah itu aku sudah tidak punya alasan untuk mengabaikan perintahnya. Dengan bantuan ibu Anna, aku mengenakan semua itu. Memang dalam beberapa jam terakhir ini, ini adalah pertama kalinya aku mengenakan sesuatu di tubuhku, tapi tetap saja aku merasa lebih baik bugil dari pada memakai pakaian seperti ini, karena kini aku benar-benar menyerupai pelacur dengan pakaian yang kukenakan.

Setelah itu, ibu Anna memerintahkanku untuk kembali berbaring di ranjang. Setelah aku melakukannya, ibu Anna membawa benda yang tadi di bawanya ke hadapanku. Benda itu bentuknya seperti kapsul dengan ukuran kurang lebih 25 centi dengan diameter 5 centi, berwarna hitam pekat serta terdapat semacam sabuk kulit ditengah benda itu, namun setelah kuperhatikan lebih lanjut, sabuk itu tidak terdapat tepat ditengah benda itu, melainkan agak ke ujung, sehingga terdapat 2 bagian, bagian yang panjang sekitar 17 atau 18 centi sedangkan bagian yang pendek sekitar 7 atau 8 centi yang dipisahkan sabuk itu.

Ibu Anna menyodorkan bagian yang panjang, kemudian menyuruhku menjilatinya, sudah kuperkirakan sebelumnya. Baru saja aku mulai menjilati benda itu, yang memang bentuknya agak mirip dengan penis itu, ibu Anna sudah tidak sabar, dengan kasar dia memasukan hampir seluruh bagian benda itu ke dalam mulutku sehingga hampir saja aku tersedak. Selang sebentar saja, ibu Anna sudah mencabut benda itu, dan tampak air liurku sudah membasahi permukaan benda itu. Sesudah itu kembali dia memasukan benda itu ke dalam mulutku, kali ini bagian yang pendek, karena memang pendek, sekitar 7 atau 8 centi, benda itu tidak membuatku kesulitan, hanya saja karena diameternya yang cukup besar membuat rahangku sedikit sakit yang terbuka agak lebar.

Sesudah itu, dengan mengangkat kepalaku, ibu Anna mengaitkan sabuknya dengan kencang sekali dibelakang kepalaku. Sesudah benda itu terpasangpun aku masih belum mengetahui dengan jelas apa kegunaannya. Rasanya mustahil jika benda itu hanya berguna untuk menyumbat mulutku kataku dalam hati, walaupun memang efektif karena aku kini tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun dari mulutku.

"Kamu tahu apa gunanya benda ini?" tanya ibu Anna padaku.

Dengan terpaksa aku menggeleng karena aku memang tidak mengetahui apa kegunaan benda ini, atau lebih tepat cara menggunakannya.

"Benda ini jauh lebih bisa memuaskan dari pada kontol kamu yang tidak ada gunanya itu" katanya sambil melepaskan celana dalam beserta penisnya itu.

Dengan hanya mengenakan BH saja, ibu Anna berdiri tepat di atas wajahku, kemudian dengan gerakan perlahan, ibu Anna berjongkok dan memposisikan bagian panjang benda tersebut ke dalam liang vaginannya. Perlahan ujung benda itu mulai memasuki liang vaginanya. Dengan bantuan air liur serta cairan vaginanya yang membanjir, nampaknya selain diriku yang mendapat orgasme ketika dientot dengan penis buatan itu, sang pemilik, dalam hal ini ibu Anna, tampaknya juga mendapatkannya.

Dengan mudah saja benda itu kini terbenam seluruhnya dalam vagina ibu Anna. Memang di bandingkan dengan penisku, benda itu masih jauh lebih besar, maka itu aku agak terkejut juga melihatnya dengan begitu mudah "ditelan" liang vagina ibu Anna. Sesudah itu, ibu Anna mulai menggerakan pinggulnya naik-turun. Selang beberapa saat kemudian, dia mempercepat gerakannya, lalu sesaat kemudian kembali memperlambatnya. Seiring dengan gerakan tubuhnya, kepalaku juga ikut melompat-lompat, untunglah saat itu aku berbaring di ranjang, jika dilantai tentunya akan menambah daftar penderitaanku. Entah sudah berapa kali aku hampir tersedak akibat benda di dalam mulutku itu, selain itu rahangku juga hampir copot rasanya akibat sesekali menahan berat tubuhnya. Satu-satunya hiburanku adalah aroma vagina ibu Anna yang memang sangat kusukai, dan buah dada sempurnanya yang melompat-lompat di dalam BH nya.

Hampir selama 5 menit, ibu Anna bertahan dalam posisi demikian, baru sesudah itu dia kemudian memutar tubuhnya, sehingga kini yang kulihat adalah bagian punggungnya. Pemandangan buah dada melompatnya kini sudah digantikan dengan lubang anusnya yang hanya berjarak beberapa mili dari hidungku, bahkan sesekali mengenainya akibat guncangan 8,0 skala richter yang dibuat ibu Anna. Memang boleh dikatakan lubang anusnya tidak berbau (entah bagaimana hal itu bisa terjadi), tapi kalian bayangkan saja sendiri bagaimana rasanya berada dalam posisi demikian!

Sesaat kemudian, dengan diawali dengan jeritan kenikmatan tanda orgasme, ibu Anna membenamkan vaginanya dalam-dalam ke benda tersebut. Jika bisa tentunya aku juga sudah ikut menjerit karena pada saat itu ibu Anna seakan-akan hanya menumpukan berat badannya di mulutku. Tulang pipi, tulang rahang serta gigiku terasa ngilu sekali akibat mendapat tekanan yang demikian besar, sedang hidungku juga tidak luput dari lubang anusnya. Untung kejadian itu hanya berlangsung sesaat saja. Sesudah itu ibu Anna mendemonstrasikan kelenturan pinggulnya dengan bergerak meliuk dan berputar dengan erotis. Dapat kurasakan cairan orgasmenya yang mengalir turun mengenai pipi dan daguku.

"Ambil nafas" kata ibu Anna dengan pelan sehingga hampir saja aku tidak mendengarnya.

Aku tidak mengerti mengapa ibu Anna memerintahkan hal seperti itu, namun saja kini aku sudah terbiasa untuk langsung melakukan perintahnya tanpa berpikir dahulu. Baru setengah jalan aku menghirup udara, tahu-tahu ibu Anna kembali membenamkan tubuhnya. Tentu saja hal itu membuatku terkejut karena lubang anus ibu Anna secara tiba-tiba menutup hidungku. Dengan cepat beban berat kembali menekan wajahku, bahkan kali ini terasa lebih berat dari pada sebelumnya.

Beberapa detik kemudian barulah aku tahu apa penyebabnya setelah merasakan kedua kakinya sedang memainkan penisku yang tanpa kusadari sudah kembali tegang. Ternyata kali ini ibu Anna benar-benar menduduki wajahku. Tanpa kedua kaki yang tadi sedikit banyak ikut membantu menyangga, kini seluruh berat tubuhnya diterima wajahku. Setelah itu untuk melengkapi penderitaanku, ibu Anna menggoyang-goyangkan pinggulnya yang mengakibatkan vagina, pantat dan lubang anusnya bergesekan keras dengan wajahku.

Semenjak tadi aku sudah berusaha sekuat tenaga menggunakan kedua tanganku untuk mengangkat tubuh ibu Anna yang menekan wajahku, namun tetap saja tubuh ibu Anna tidak bergerak walau sesenti. Dalam beberapa detik kemudian aku sudah merasa pandanganku berkunang-kunang karena otakku kekurangan suplai oksigen. Tanganku masih berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengangkat tubuh ibu Anna, sementara kedua kakiku menendang kesana kemari dengan frustasi. Jika dalam beberapa detik lagi aku masih belum bisa bernafas pastilah aku bisa celaka, atau setidaknya jatuh pingsan.

Akhirnya dengan seluruh tenaga yang masih tersisa, kudorong tubuh ibu Anna ke samping, dan ternyata usahaku berhasil, tubuhnya terjatuh kesamping sehingga memberikan jalan buatku untuk bernafas. Dengan tergesa-gesa aku langsung menghirup udara sehingga tanpa dapat kutahan, aku tersedak, namun karena ada benda didalam mulutku, aku tidak bisa terbatuk-batuk, hal itu membuatku sangat tersiksa sekali. Untung saja dengan sigap, ibu Anna kemudian membuka ikatan sabuk di belakang kepalaku dan mencopot benda itu dari mulutku. Barulah kemudian aku terbatuk-batuk tanpa henti.

Dengan tak mengucap sepatah katapun, ibu Anna meninggalkanku yang masih berusaha memulihkan jalan pernafasanku. Sesaat kemudian barulah nafasku mulai teratur dan pikiranku kembali terang. Aku kemudian melihat sekeliling, ternyata ibu Anna sedang mengganti pakaian. Ia melepaskan BH yang tadi dipakainya, dan selanjutnya ia mengenakan gaun tidur berwarna putih transparan sehingga memperlihatkan puting susu serta vaginanya dengan samar-samar.

Dengan masih tidak mengucap apa-apa, ibu Anna kemudian mengikat kedua tanganku dibelakang dengan tali. Barulah setelah itu ibu Anna mematikan lampu. Karena memang ranjang itu berukuran double, sehingga masih menyisakan banyak ruang setelah ibu Anna kemudian berbaring di sebelahku. Sesaat kemudian tampaknya ibu Anna sudah tidur terlelap. Sedangkan aku masih mengalami sedikit kesulitan karena ikatan pada tanganku yang membuatku benar-benar tidak nyaman, terlebih lagi BH yang masih kukenakan, yang kini entah kenapa terasa kencang sekali sehingga membuatku agak sedikit sulit bernafas, namun tak lama kemudian karena memang sudah benar-benar lelah, aku tertidur juga.

Ketika terbangun aku menyadari ibu Anna sudah tidak ada di tempatnya. Aku melihat jam dinding yang menunjukan sudah hampir jam 8 pagi. Yang pertama kali kurasakan ketika bangun adalah sekujur tubuhku yang pegal-pegal serta kehausan yang sebenarnya sudah semenjak kemarin, hanya saja aku tidak berani untuk mengatakan.

E N D

Misteri Villa forest garden - 2

Kemudian menyusul gedoran lagi dan gedoran yang semakin kasar lagi. Dengan gemetar dan ketakutan yang hebat kedua pengantin pria dan wanita itu serta merta menarik selimut seakan dapat bersembunyi sambil menutupi ketelanjangannya.
Dan akhirnya terdengar tendangan-tendangan yang sangat kuat. Pintu kamar tidur itu jebol. Daun pintunya terbanting ke lantai dengan mengeluarkan suara yang sangat keras. Danny dan Lia menggigil. Mata mereka terpaku tajam ke arah lubang pintu yang telah jebol tebuka itu.

Mereka melihat ada 2 orang bertopeng setengah telanjang kecuali cawat-cawat mereka yang menutupi aurat mengayun-ayunkan kapak di tangannya. D & L semakin ketakutan, menggigil gemetar. Kedua orang itu menutupi kepalanya dengan semacam rajutan kaos gelap, persis seperti yang terjadi di film-film kriminal atau peristiwa-peristiwa teror di TV. Yang nampak hanya mata mereka yang beringas dan suara mereka yang terdengar keras, kasar dan brutal.

'Ho, ho, ho, ha, ha, ha.., rupanya sepasang pengantin cantik dan tampan ini sedang bercumbu.. uhh.. Uhh nikmatnya nihh..'.
Kemudian salah satu dari mereka mendekat ke ranjang. Dengan kekuatan tangannya dia renggut selimut yang menutupi Danny dan Lia. Dengan sekali renggut selimut itu langsung terbuka dan tampaklah Danny dan Lia yang bugil saling berpelukan histeris. Langsung dilemparkannya selimut itu ke lantai.

'Ampuunn Paakk.. Jangan diapa-apakan kamii.. ampunn.. a.. mpuunn ..', Lia menangis dan gagap karena didera ketakutan yang amat sangat.
Seolah-olah tidak mendengar suara-suara iba tersebut, ketakutan maupun sikap protes dari Danny dan Lia, kedua orang itu langsung membuka kedoknya. Dan betapa terperanjatnya Danny dan Lia ketika melihat siapa kedua begundal itu.

Mereka adalah Tory dan Pedro yang sebelumnya dianggap sangat santun dan menyenangkan oleh pasangan D & L ini.
Tanpa dapat dicegah lagi Danny yang dalam keadaan bugil langsung bangkit hendak mengamuk dan melawan kedua orang itu. Tapi dari penglihatan sepintas sudah jelas, Danny bukanlah lawan mereka berdua. Tubuh Tory dan Pedro yang kekar dan penuh otot bukan lawan Danny. Dengan mudah dia dilumpuhkan, tangan-tangan kuat Pedro meringkusnya kemudian kedua tangan dan kaki Danny diikat dan tubuhnya dibiarkan tergeletak di lantai.

Mereka tidak mengacuhkan segala protes, hujatan dan caci maki Danny. Dengan tertawa penuh kemenangan mereka merasa puas dengan lancarnya perbuatan keji mereka. Selanjutnya Tory dan Pedro lebih tertarik untuk memusatkan perhatian pada pengantinnya yang cantik, yang juga bugil dan tanpa daya tergolek di ranjangnya. Permohonan ampun dan tangisan ketakutan penuh pilu dari bibir mungil Lia sama sekali tidak menggetarkan hati para begundal itu. Mungkin hati mereka memang telah mereka buang jauh-jauh.

Tangan-tangan Tory dan Pedro tidak sabar lagi untuk menjamah tubuh cantik mulus Lia itu. Tapi saat Pedro mendekat untuk meraih pahanya, tanpa dia duga kaki Lia menendang matanya. Gelagapan dan kepedihan pada matanya membuat Pedro terduduk sambil menutup mukanya. Melihat hal itu dengan sigap Tory langsung merangkul Lia. Pengantin yang berontak dan berteriak-teriak histeris ketakutan itu ditindihnya. Tubuh putih mulus telanjang itu dipeluk dan diringkusnya tanpa banyak kesulitan, bahkan nampaknya Tory ini sangat menikmati apa yang harus dia lakukan. Tangan kanan Lia direnggutnya. Dia keluarkan tali dari kantongnya. Tangan itu diikatnya kuat-kuat ke tiang bagian atas ranjang itu. Dan tangan kirinya kembali direnggut untuk diikatkan ke tiang ranjang di bagian sebelah atas yang lain.

Tentu saja Lia yang dilanda ketakutan yang amat sangat langsung berontak dan meronta seperti kuda betina yang liar. Kaki-kakinya menendang-nendang apa saja yang ada di dekatnya. Tapi semua perlawanan itu hanya sia-sia. Kaki-kaki itu, oleh Pedro yang sudah baik matanya direnggut dan diikatkannya ke kaki ranjang bagian bawah kanan dan kiri.
Peristiwa itu sungguh menjadi penampakkan yang sangat erotis baginya. Lia, sang pengantin, bidadari yang mulus, dewi berkulit kuning putih tanpa cacat, perempuan jelita yang mengamuk dengan liar, melawan dua begundal setengah telanjang dengan tubuh hitamnya yang berkilat karena keringatnya. Para begundal brutal itu nampak kewalahan saat meringkus Lia.

Dengan cara merangkulkan tangan-tangannya serta menekankan wajah-wajah mereka sekenanya pada tubuh yang sangat merangsang birahi milik si jelita, Tory dan Pedro memerlukan kerja keras sambil menikmati sensual tubuh Lia. Akhirnya sang korban yang jelita itu benar-benar tak berdaya. Dan kini, kaki dan tangan Lia telah terikat kuat-kuat pada ranjang pengantinnya. Dan untuk keberhasilannya, para pendatang brutal itu langsung disuguhi pemandangan yang sangat spektakuler, merangsang dan erotis sekali. Tangan Lia yang terikat ke bagian atas kanan dan kiri ranjang membuat ketiaknya yang indah nampak terbuka.

'Uuhh.. Akan kubenamkan hidungku ke lembah ketiakmu yang indah itu.. lidahku, bibirku akan menjilati dan menyedotmu Liaa..', begitu begitu pikir begundal-begundal tersebut.
Dan paha Lia yang kini telah mengangkang terbuka, memamerkan memeknya yang ranum menggunung yang langsung mendongkrak nafsu birahi kedua serigala lapar dan brutal itu. Keduanya tercekat menyaksikan dengan penuh takjub kemaluan Lia yang ditutupi bulu-bulu tipis merekah yang seakan menunggu jamahan tangan-tangan kasar mereka atau jilatan lidah dan sedotan bibir tebal mereka atau bahkan tusukan kontol-kontol kedua begundal brutal itu.

Tak tahan menyaksikan tindakan brutal yang dilakukan Pedro dan Tory pada istrinya, Danny berteriak-teriak dengan harapan ada orang lain yang mendengarkannya di tengah hutan sepi itu. Ulah itu hanya jadi tertawaan para begundal. Tory menyuruh Pedro untuk menyumpal mulut Danny dan menyeretnya ke kamar sebelah. Pedro langsung bertelanjang melepas cawatnya sendiri yang dekil dan pesing untuk di sumpalkan pada mulut Danny. Tentu saja Danny jadi gelagapan panik menerima perlakuan kotor Pedro itu. Tetapi mana dapat ia melawan dengan kaki dan tangannya yang masih terikat erat-erat.

Dan Tory juga langsung bertelanjang melepas cawatnya. Dia sumpalkan cawatnya yang sama dekilnya ke mulut Lia yang langsung berkelojotan karena jijik dan ingin muntah. Tetapi sia-sia pula. Dan akhirnya tanpa daya pasangan D & L ini menjadi tawanan Pedro dan Tory. Dan tanpa terhindarkan, Danny maupun Lia dihadapkan pada pemandangan yang selama ini dianggapnya sangat tabu. Kedua orang ini menyaksikan kontol lelaki lain, kontol Pedro dan Tory yang telah ngaceng berat. Kontol-kontol mereka yang nampak tegak dan kaku itu sungguh luar biasa. Mengingatkan pada pisang tanduk di sepanjang jalan Bogor. Besar dan panjangnya tak kurang dari 20 cm dengan garis tengah sekitar 4,5 cm.

Bagi seorang wanita semacam Lia, kontol sebesar itu membuat khayalannya langsung melayang. Lia membayangkan bagaimana rasa pedih dan sakitnya apabila kontol itu dipaksakan menembus memeknya yang masih perawan. Akankah hal itu akan terjadi pada dirinya yang hingga kini bahkan suaminya pun belum pernah benar-benar menjamah memeknya itu? Akankah Pedro dan Tory mendahului Danny sebagai pemilik yang sah atas vaginanya secara bergiliran memaksakan kontol-kontol mereka itu menembus memeknya? Lia sangat takut dan merasa ngeri dengan pikirannya yang mengkhayal sejauh itu. Dia menggigil kemudian menutup matanya.

Sementara itu bagi Danny, melihat Pedro dan Tory yang memiliki kontol sebesar dan sepanjang itu rasa percaya dirinya langsung runtuh. Dia bayangkan apabila istrinya sempat mereka paksa untuk menerima kontol mereka, dan pada akhirnya Lia mendapatkan kenikmatan serta kepuasan dengan kontol-kontol sebesar itu, dapat dipastikan dia tidak mungkin mampu mengungguli Pedro maupun Tory. Dan di belakang hari dapat dipastikan Lia tidak akan pernah puas berhubungan seks dengan dirinya. Lia akan dengan sebelah mata saja melayani dia sebagai suaminya.

Danny sangat terpukul. Membayangkan istrinya Lia mendesah serta merintih mendapatkan kenikmatan birahi dari Tory dan Pedro. Hatinya langsung ciut.
'Yo, ambil minuman itu lagi. Kita buat mereka lebih galak lagi', terdengar Tory menyuruh Pedro.
Kata-kata Tory itu menjadi pikiran Danny maupun Lia. Minuman apa itu? Bikin galak lagi? Apakah hal itu yang membuat mereka demikian panas birahinya saat memasuki peraduan setelah makan malam tadi? Mungkinkah Pedro dan Tory memasukkan obat perangsang seks pada makan malam mereka tadi?

Tak lama kemudian Pedro balik dengan sebotol cairan berwarna kuning bening. Pertama-tama pada Danny. Tangan Tory memegangi kepala dan membuka sumpal mulut Danny yang langsung panik ketakutan. Kemudian Pedro menjejalkan mulut botol ke mulut Danny dan memaksakan untuk minum. Ketika Danny berusaha menolak dengan cara memalingkan wajahnya, Tory memeganginya dan membekap hidungnya. Karena tersedak Danny terpaksa menelan cairan dari botol itu. Dia merasakan asin dan pesing. Jangan-jangan air kencing mereka ini. Dengan cara yang sama cairan itu juga dijejalkan pula pada mulut Lia.

'Nahh, bapak dan ibu, jangan khawatir.. Itu adalah minuman demi kesehatan Pak Danny yang tampan dan Bu Lia yang jelita.., sebentar lagi bapak dan ibu pasti akan semakin segar, ha, ha, ha..'.
Beberapa saat kemudian, pasangan D & L merasakan dunia seakan berputar-putar. Pandangan matanya mengabur. Jantungnya berdegup lebih kencang. Lia merasakan darahnya memanas. Dan gambaran kontol-kontol Pedro serta Tory yang luar biasa itu mendekat.

Dia merasakan seakan-akan ujung-ujung kontol mereka menyentuh gerbang bibir vaginanya. Dia merasakan rangsangan birahi yang hebat, seperti halnya saat kontol Danny suaminya menyentuh vaginanya. Sementara itu Danny juga merasakan darahnya yang memanas. Nafsu birahinya meledak-ledak. Ingin rasanya menjilati selangkangan Lia istrinya yang saat ini terbuka memamerkan nonoknya di atas ranjang pengantinnya. Ingin rasanya dapat secepatnya terbebas dari para begundal itu untuk kemudian melanjutkan apa yang tadi telah hampir dilakukannya, kontolnya menembus memek istrinya.

'Lemparkan Danny ke kamar sebelah'.
Si Pedro kembali melaksanakan perintah Tory. Dengan mulutnya yang kembali tersumpal cawat Pedro dan perasaannya yang mabuk dan ingin muntah akibat minuman yang dijejalkan tadi, Danny diseret ke kamar sebelah. Kemudian pintunya dikunci. Danny sangat penasaran, kesal dan marah. Semula dia berharap dapat tetap sekamar dengan istrinya. Setidak-tidaknya matanya masih dapat menikmati tubuh bugil istrinya yang terikat di ranjang, sehingga ledakan birahinya yang kini melanda nafsunya dapat sedikit tersalurkan.

Di lain pihak Lia yang ditinggalkan suaminya tak dapat menghindarkan pandangannya pada kontol Pedro dan Tory yang nampak sedemikian besar dan panjangnya. Batang kontol-kontol yang dikelilingi urat-urat itu semakin nampak perkasa. Kepala helmnya yang yang tumpul membulat berkilatan kena cahaya lampu kamar. Lia sendiri belum pernah menyaksikan secara langsung kontol lelaki dewasa seperti yang dilihatnya sekarang ini. Dia hanya ingat bahwa pernah melihat kontol-kontol sebesar itu dari VCD porno yang disaksikan ramai-ramai bersama teman-temannya pada saat jam istirahat di kantor.

Sewaktu vaginanya siap ditembus kontol Danny dia hanya merasakan ujung kontol yang hangat merangsang bibir-bibir vaginanya. Dia ingat betapa nikmatnya saat birahinya menjadi demikian memuncak yang disebabkan ujung kontol Danny itu. Dia merasakan keinginannya yang sangat kuat agar Danny secepatnya menembus kemaluannya. Bibir vaginanya sangat kehausan untuk melahap batang kontol Danny.

Bersambung . . . . .

Misteri Villa forest garden - 1

Para undangan memberi komentar pada acara perkawinan Danny & Lia (D & L) yang mewah itu. D & L sungguh merupakan pasangan ideal. Yang satu nampak sebagai pria tampan, penuh percaya diri serta menunjukkan masa depannya yang cerah sebagai seorang profesional yang mandiri. Yang satunya adalah wanita yang sangat cantik dan sensual, ramah dan luwes disamping cerdas dan sangat berbakat dalam pergaulan sosial yang luas. Pasangan itu dapat diibaratkan 'tumbu bertemu tutupnya'.

Mereka akan dapat saling mendukung, membantu dan mengisi kekurangan yang ada satu sama lain. Begitu acara selesai dan tamu-tamu telah selesai memberikan ucapan selamat, dengan mobil pengantinnya yang tak lupa ditempeli tulisan 'Just Married' serta diramaikan dengan kaleng-kaleng bekas yang diikatkan pada bagian belakangnya, D & L meninggalkan tempat acara langsung memulai bulan madunya sesuai dengan rencana yang telah jauh hari dipersiapkan.

Mereka akan tinggal di Villa Forest Garden, Mega Mendung, Bogor. Villa itu milik rekanan Danny yang dipinjamkan pada pasangan itu selama 3 hari 3 malam, sebelum mereka akan meneruskan bulan madunya ke Eropa pada pertengahan bulan depan nanti.

setelah menempuh sekitar 2 jam perjalanan, tampak mobil berhenti di depan gerbang besar. Dari jauh nampak seorang petugas berlarian membuka gerbang tersebut. Petugas tersebut ternyata seorang berkulit gelap yang cukup tegap dan berotot. Usianya sekitar 35 atau 38 tahunan. Dengan segala keramahannya dia menyambut kedatangan Danny dan Lia.
Sebelum masuk lebih jauh Danny membuka kaca mobilnya.
'Pagi, pak. Apa kabar? Bapak siapa? Pak Pedro ya, sudah lama bekerja disini?', dan beberapa tanya jawab kecil untuk menunjukkan adanya perhatian dari pasangan Danny & Lia pada Pedro petugas villa tersebut.
Rupanya Danny sudah diberi tahu oleh rekanan pemilik tempat itu mengenai seluk beluk villa serta para personil yang menjaganya.

Pedro, yang ternyata berasal dari Ambon menunjukkan hormatnya pada sepasang tamunya. Dia menoleh sesaat ke dalam mobil untuk memberikan salam hormatnya pada Lia yang duduk di dalam disamping Danny. D & L langsung berhadapan dengan gambaran hutan tropis di halaman yang luas dan indah itu. Dari jalanan masuk yang asri dan berliku belum tampak rumah villa yang bakal jadi tempat bulan madu mereka. Rupanya rumah villa itu jauh tersembunyi dalam hutan buatan yang luas tersebut. Suasana romantis segera hadir dalam relung-relung hati D & L. Mereka memasuki halaman villa luas itu dengan tangan-tangannya yang saling berpegangan serta saling meremas apabila di depan mereka ada pemandangan yang menarik.

Di depan sebuah villa yang mungil, yang dibangun dengan bahan-bahan batang kayu dan papan yang tersedia di hutan itu, kembali D & L dijemput seorang petugas lainnya, Tory namanya, usianya sudah 55 tahun. Dia teman Pedro, yang juga menunjukkan keramahan yang sama dengan Pedro. Dia bukakan pintu mobil untuk Lia dan kemudian untuk Danny.
Walaupun usianya cukup tua Pak Tory tetap nampak sehat dan kuat. Otot lengannya nampak menonjol dari T-shirt birunya. Demikian pula bukit-bukit dadanya tampak gempal. Sekilas putingnya membayang dari balik T-shirtnya itu.
Pak Tory ini juga punya banyak keterampilan. Termasuk masak memasak, disamping tugas pokoknya mengurus rumah tangga villa tersebut.

Pak Tory mengajak tamunya memasuki bangunan villa dan menunjukkan kamar tidurnya yang akan ditempati D & L selama tinggal di villa tersebut. Sungguh indah dan luas. Dengan perabot dan interior yang serba kayu, ruang untuk D & L tersebut terdiri dari ruang tidur utama dengan king size bednya yang mewah, kamar tamu yang lengkap dengan sofanya serta kamar mandi yang luas dengan sentuhan alami. Dari kamar mandi itu dapat menikmati sauasana hutan tropis tanpa kelihatan dari luar karena kaca pantul searah yang dipasang di jendelanya. Tak ketinggalan pula almari es yang penuh isinya, flat TV 21 inch, DVD player dan sambungan telepon serta internet yang siap pasang.

D & L sangat senang dengan tempat itu, khususnya ruang yang telah secara khusus disediakan untuk mereka. 'Terimakasih, terimakasih Pak Tory'.
Beberapa menit kemudian mereka telah duduk-duduk di beranda villa mewah itu. Dari tempat itu D & L dapat melihat di kejauhan, danau kecil yang romantis serta beberapa ekor kijang tutul yang sedang asyik merumput bersama anak-anaknya. Mereka, D & L sangat mengagumi tempat itu.
'Seneng ya Mas, tidak jauh dari metropolitan yang sibuk dan bising, masih dapat ditemukan tempat yang begini sejuk, tenang dan penuh kedamaian', Lia menyatakan perasaannya pada Danny sambil dengan manja merangkul kemudian menggayut di leher Danny.

Nampak Pak Tory dengan nampan di tangan menaiki tangga. Dia suguhkan air teh hangat berikut makanan tradisional lokal untuk pasangan bahagia itu. setelah menata minuman itu di mejanya serta mempersilahkan D & L menikmati minuman & hidangan sederhana itu, Pak Tory bertanya kepada D & L, untuk makan malam mereka minta dimasakkan apa. Atas perintah majikannya yang teman rekanan Danny itu, Pak Tory sudah menyiapkan berbagai bahan untuk dimasak selam 3 atau 4 hari ke depan.

setelah Lia bersama Pak Tory selesai memilih-milih menu yang cocok untuk malam itu, Pak Tory mohon diri. Langit mulai gelap, nampak secercah awan yang kuning menyala karena pantulan sinar matahari sebelum tenggelam di peraduannya. D & L dengan mantel tidur mereka menaiki tangga villa setelah berjalan-jalan di setapak sekitar villa itu. Kelelawar mulai beterbangan mencari mangsa. Sementara burung-burung bercicit-cuit berebut kembali ke sarangnya. Dari kegelapan tanaman hutan tropis itu terdengar serangga bersahut-sahutan menjemput gelapnya malam. Di kejauhan, dari danau kecil villa tersebut, kedengaran kodok mulai membunyikan 'orkestra'nya.

Begitu memasuki pintu villa, nampak meja makan yang menyatu dengan ruang family utama telah dipenuhi dengan kemeriahan hidangan makan malam. Tiang-tiang lilin yang secara khusus dinyalakan untuk memberikan nuansa romantis pada pasangan D & L telah dinyalakan. Sengaja ruang besar itu tidak ditampakkan cahaya benderang, untuk memberikan kesempatan pada lilin-lilin itu menunjukkan identitasnya. Bukan main.

Itu semua pasti hasil karya Pak Tory yang memiliki berbagai macam kedapatan itu. Lia tidak dapat menyembunyikan kekagumannya, 'Hebat Pak Tory ini. Dia ternyata sangat faham bagaimana caranya menyenangkan tamunya', yang sepenuhnya disetujui oleh Danny dengan penuh keharuan. Untuk kegembiraan dan keharuannya itu Danny meraih bahu Lia. Dipeluknya istri pengantinnya. Mereka saling mencium dan sedikit melumat bibir-bibirnya.

'Ehhmm', terdengar Pak Tory masuk ke ruangan.
'Silakan bapak ibu, hidangan ala kadarnya telah menanti. Jangan biarkan menjadi dingin. Semua yang tadi ibu Lia minta telah tersedia di meja makan ini'.
D & L mengucapkan terima kasih serta hormatnya kepada Pak Tory.

Sungguh lezat masakan makan malam itu. Tak habis-habisnya pujian D & L ditujukan kepada Pak Tory. Dan Pak Tory juga sangat senang melihat tamunya berbahagia dan khususnya menyenangi masakkannya yang dia bilang 'ala kadarnya' itu.
setelah selesai makan malamnya dan kemudian Pak Tory mengeluarkan hidangan penutup serta secangkir kopi, D & L memasuki peraduan.

Malam ini merupakan malam pertama D & L sebagai suami istri. Di kamar, D & L mengganti pakaiannya dengan piyama tidur yang nyaman dan santai dipakainya. Begitu rebah ke ranjang, keduanya langsung saling berpagut. Saat itu Danny merasakan adanya hal yang aneh pada dirinya. Sepertinya jantungnya berdegup lebih cepat dan lebih keras. Semangat libidonya menjadi sangat menyala-nyala. Nafsu birahinya menjadi demikian membara. Malam itu mata Danny yang nampak menjadi merah seakan terbakar menyaksikan Lia istrinya yang teramat sangat seksi. Saat menyaksikan pengantinnya tergolek di ranjang, dia ingin secepatnya menggagahinya. Menyetubuhinya.

Kemudian dengan serta merta tanpa menunjukkan kelembutan atau sentuhan-sentuhan awal, bahkan dengan cara agak kasar, dilucutinya pakaian tidur istrinya Lia, kemudian juga pakaiannya sendiri. Perasaan yang menggebu-gebu ini ternyata juga melanda Lia sendiri. Saat Danny melucuti pakaiannya, dengan desahan yang keras Lia juga menunjukkan ketidaksabarannya. Diraihnya tonjolan besar pada selangkangan Danny yang nampak menggunung. Sebelum sempat Danny menelanjangi dirinya sendiri, di betotnya kontol Danny dari sarangnya. Langsung di kulumnya. Mereka, para pengantin ini nampak dikuasai nafsu birahi yang sudah tidak dapat mereka kendalikan sendiri. Mereka saling merangsek, saling mencengkeram dan meremas, saling menjilat dan menyedoti, saling melampiaskan dendam birahinya. Suasana riuh rendah oleh desah dan rintih pasangan ini sungguh sangat erotis bagi siapapun yang mendengarnya.

Mungkinkah hal itu disebabkan oleh suasana romantis villa mewah ini? Suasana romantis yang memilik kekuatan untuk mendongkrak libido mereka dengan tajam sehingga nafsu birahi mereka sepertinya begitu terbakar. Nampak Lia yang telah telanjang bulat menunjukkan buah dadanya yang sangat ranum mengencang. Putingnya yang memerah mencuat keras tegak di bukit ranum kencang itu, seakan menanti siapapun yang bersedia mengulum dan menyedotinya. Sementara itu kontol Danny demikian pula. Darahnya telah penuh terpompa pada urat-urat batangnya. Kontol Danny ngaceng dengan keras sekali. Urat-uratnya bertonjolan di sekeliling batang itu. Kepalanya yang cukup besar berkilatan yang disebabkan darahnya menekan keluar hingga membuat kulitnya tegang dan mengkilat. Kontol itu terus mengaduk-aduk wilayah selangkangan istrinya. Dia mencari lubang vagina Lia yang juga sudah merekah kehausan menunggu kontol Danny untuk menembusnya.

Pagutan, ciuman, gigitan yang disertai erangan, desahan dan rintihan dari Danny dan Lia saling bersambut. Keduanya benar-benar tenggelam dalam nafsu birahi yang sangat tinggi.
'Ayyoo Dannyy, masukkan kontolmuu.. ayyoo Dann..'.
'Mana memekmu sayangg.. Kontolku sudah tidak dapat tahan nihh. ingin secepatnya memasuki lubang surganmuu.. LIAA!

Tak pelak lagi, dengan penuh ketidak sabaran, mereka, Danny dan Lia ini sepertinya telah dirasuki kegilaan birahi. Mereka nyaris seperti hewan, yang melampiaskan nafsunya berdasarkan naluri hewaniahnya. Berbagai obsesi seksual yang sesungguhnya bersifat sangat pribadi dan tersimpan dalam-dalam di sanubari masing-masing, tidak dapat tersembunyikan lagi tumpah di malam pertama bulan madu mereka di Villa Forest Green yang sangat romantis ini.
Ujung kontol Danny sudah tepat di bibir lubang vagina Lia ketika tiba-tiba dengan sangat mengejutkan terdengar pintu kamar digedor-gedor dengan sangat kasar dan keras.

'Haaii, yang di dalam kamarr! Bukaa! Buka pintunyaa! Atau aku yang akan buka dengan paksa! Ayyoo bukkaa!'.
Amukan birahi seksual D & L yang sedang memuncak langsung runtuh. Dengan geragapan mereka langsung diserang kecemasan dan ketakutan hebat. Mereka sama sekali tidak pernah memperhitungkan adanya kemungkinan seperti ini. Di villa mewah yang sejuk dan penuh kesan tenang dan aman ini sama sekali tidak menyiratkan kemungkinan-kemungkinan seperti ini. Danny langsung mendekap istrinya yang nampak langsung gagap histeris penuh ketakutan.

Bersambung . . . . .

Misteri Villa forest garden - 4

Untung saja Tory tahu.., Tory yang telah 55 tahun itu tahu reaksi perempuan yang kehausan saat menerima jilatan, sedotan, sentuhan lidah maupun bibir atau sodokan kontol. Dia tahu bagaimana desakan birahi akan membuat tenggorokannya mengering dan seorang perempuan akan meminta agar secepatnya dilumat bibirnya untuk dapat menyedot ludah lelaki yang menyetubuhinya dan secepatnya kemaluannya ditembus kontol besarnya.

Tory yang sangat berpengalaman itu serta merta meraih celana dalamnya yang sejak tadi disumpalkan pada mulut Lia. Kemudian secepat kilat bibirnya melumat bibir sensual pengantin cantik itu. Dan serta merta, Lia langsung menyambutnya dengan penuh kelahapan birahinya. Dia dengan histeris menyedot ludah Tory. Bahkan dari bibirnya juga keluar bisikan-bisikan kehausannya.
'Pak Toryi, ayyoo, Lia udah tidakk tahann.., ayyoo Pak Toryi.., Lia udah pengin kontol Pak Tory ituu.., ayoo Pak Toryii ..'.

Tory tahu bahwa Lia sedang dalam keadaan tersiksa oleh deraan nafsu birahinya sendiri, dia tolak Pedro dari keasyikannya melumati kemaluan Lia, kemudian dirabanya kemaluan indah itu. Cairan birahinya sudah membanjir. Dan Tory dengan cepat mengambil posisi. Dia kangkangkan selangkangan Lia, untuk kemudian dia menempatkan kontolnya di antara selangkangan Lia itu. Diarahkannya kontol itu langsung ke lubang vagina Lia, yang telah sangat kehausan menunggunya.

Karena Lia masih perawan, sejago-jagonya Tory tetap saja segalanya masih harus diusahakan dengan keras. Kontol itu setiap kali meleset dari targetnya. Mungkin licin. Beberapa kali Tory merasa kontolnya sudah tepat berada di mulut vagina Lia, meleset lagi. Dan saat berhasil tembus, Lia berteriak kesakitan, dan Tory melihat darah keperawanan Lia mengalir dari bibir vaginanya. Selaput perawan Lia telah robek. Kemaluan Lia sudah berhasil ditembus kontol Tory. Kemudian Tory mulai memompa. Pelan.., pelan.., pelan.., tetapi Lia sendiri yang sudah sangat kegatalan ingin lebih cepat.. Dan Tory menurut untuk mempercepat..

Dari balik kamar, Danny ternyata ikut menyaksikan saat-saat itu. Hingga dia saksikan bagaimana Tory memuntahkan bermili-mililiter air maninya ke dalam memek istrinya Lia itu. Dan dalam kesempatan itu, Danny juga menyalurkan birahinya hingga spermanya menyemprot dinding tempatnya mengintip istrinya menikmati genjotan Tory.

Sungguh suatu pengalaman yang sangat dahsyat bagi perawan seperti Lia ini. Seumur-umur baru kali inilah dia merasakan nikmatnya senggama. Saat Tory melepas spermanya tumpah di dalam vaginanya, Lia pun mendapatkan orgasme pertamanya. Kontol Tory masih berada di dalam lubang vaginanya saat Pedro datang. Dia menepuk punggung Tory, mengisyaratkan meminta 'jatah'nya.

Lia menatap kehadiran Pedro dengan pandangan penuh gairah dan birahi. Orgasme yang baru saja diraihnya bersama Tory belum menghabiskan semangat libidonya. Kegatalan birahi pada kemaluannya masih menuntut gesekan batang-batang penuh kejantanan dari para pecundang ini. Dan begitu Pedro datang serta langsung menembakkan rudalnya pada memek Lia, ditariknya tubuh Pedro. Dia ingin Pedro ngentot nonoknya dengan bibir tebal Pedro tetap melumat bibirnya. Dia ingin menguras ludah dari mulut Pedro. Dia ingin mendengarkan desah dan rintih Pedro yang merasa kelimpungan oleh jepitan vaginanya langsung di telinganya.

Dia ingin hidungnya mengendus seluruh keringat yang keluar dari tubuh Pedro. Dia ingin Pedro melumat ketiaknya, payudara dan putingnya. Kini Lia telah menjadi kuda betina yang binal. Dia tidak lagi memikirkan Danny. Dia hanya ingin Danny bergabung dalam kenikmatan bersama ini. Dia ingin Danny menerima kenyataan dunia ini. Dia ingin Danny untuk tetap setia dan menurut saja pada dewa-dewa jantan yang begundal dan brutal ini. Lia berkeyakinan kedua brandal begundal brutal ini adalah dewa-dewa jantan yang membawa sejuta kenikmatan. Danny harus patuh dan tunduk pada mereka.

Sementara itu di kamar lain..
Danny kini menyadari bahwa Pedro dan Tory telah memberikan kenikmatan tak terhingga pada Lia istrinya. Dia berfikir sederhana, kalau kontol-kontol Pedro dan Tory itu nikmat bagi Lia yang dicintainya, tentunya akan nikmat pula bagi Danny yang mencintainya khan? Suatu logika yang sangat rasional. Kalau Lia meminum dengan rasa segar ludah Pedro maupun Tory, tentunya ludah itu juga akan menyegarkan bagi Danny khan? Dan pada akhirnya semua bagian tubuh Pedro maupun Tory mestinya nikmat dan layak untuk dinikmati semuanya khan?

Kini ganti Danny yang diserang rasa haus..
Tiba-tiba terdengar kunci kamar itu dibuka oleh seseorang. Nampak Pedro dan Tory masuk dan memeriksa wajah Danny. Kemudian dia periksa pula kontolnya. Mereka tersenyum. Kemudian Pedro dan Tory memeriksa dinding di dekat kotak kayu dimana Danny tadi mengintip. Diamatinya dinding itu. Dan saat ditemukannya sperma Danny yang masih meleleh pada dinding, kembali Pedro dan Tory tersenyum puas. Danny berharap sumpal mulutnya dilepaskan seperti halnya Lia istrinya.

Tapi ternyata tidak. Kedua begundal itu kini menyodorkan kontol mereka ke wajahnya.
'Ooohh.., mereka hendak membuang air kencingnya ke wajahku', pikir Danny.
Danny menunggunya dengan perasaan penuh birahi. Dia amati kontol Tory yang ujungnya bulat seperti jamur merang. Lubang kencingnya menganga lebar. Dan Ujung kontol Pedro nampak agak belang. Kulupnya masih membungkus, tanda bahwa dia belum ngaceng sempurna.

Dan akhirnya, seerr.. dan seerr.., kencing Tory dan Pedro langsung mengguyur wajah Danny. Celana dalam Pedro itu ternyata langsung menyerap cairan kuning itu. Di dalam mulutnya, Danny merasakan hangat air kencing mereka berdua. Dia berusaha menelannya sebanyak mungkin. Inilah obat haus bagi Danny. Sedemikian banyaknya kencing Pedro dan Tory sehingga membuat Danny tampak seperti mandi. Seluruh tubuhnya basah kuyup oleh air kencing mereka. Bau pesing air kencing itu seakan-akan menjadi bau sedap bagi Danny yang sedang horny.

Setelah selesai, Pedro mengambil celana dalam yang menyumpal pada mulut Danny. Danny lega. Akhirnya rahangnya dapat beristirahat setelah sekitar 4 jam menganga. Tetapi ternya urusan masih belum selesai. Pedro memerintahkan Danny untuk membuka mulutnya lagi. Diperasnya air kencing Pedro dan Tory yang terserap dalam celana dalam Pedro itu ke mulut Danny. Dan tanpa disuruh lagi Danny langsung menjilatinya.

Kemudian Tory berbicara.
'Kamu sekarang jadi budakku. Tahu?!'.
Danny seakan mendengar berita gembira. Dia mengangguk angguk senang. Kemudian Pedro menuntun menuju kamar dimana Lia masih terikat di ranjangnya.
'Hai, pelayanku, budakku, anjingku.. Bersihkan nonok istrimu dari peju-peju (sperma) kami yang tertinggal di dalamnya. Kamu sedot dengan mulutmu sampai bersih. Cepat'.

Ternyata Tory dan Pedro ini benar-benar seorang ahli kejiwaan yang hebat. Mereka pakar sekali dalam hal mengubah, merusak dab menghancurkan mental orang lain. Dan tampak sekarang.., Danny telah tercuci otaknya menjadi budak yang penurut dan anjing yang siap menunggu perintah tuannya. Dia siap untuk melakukan apapun, termasuk minum air kencing mereka atau bahkan lebih dari itu. Tidak ada lagi rasa tabu, jijik, jorok bagi para budak mereka.

Lia juga telah diubah sebagai budak seksnya. Pasangan itu akhirnya kembali seperti halnya yang diharapkan oleh para tamu dalam acara pesta kemarin siang, 'Semoga Danny dan Lia selalu saling melengkapi'. Dengan karakter baru setelah melalui garapan Tory dan Pedro, pasangan Danny dan Lia tetap saling melengkapi. Setidak-tidaknya di depan para berandal brutal itu.

Dan kini Danny merangkak di lantai menuju tepian ranjang. Dia datangi nonok Lia yang masih basah penuh sperma yang meleleh dari lubang vaginanya. Danny harus membersihkan dengan lidahnya. Dia dekatkan bibirnya menuju vagina yang penuh lelehan sperma Pedro dan Tory itu. Lidahnya menjilati dan bibirnya langsung menyedotnya hingga nonok Lia kembali kosong.

Sejak kehadiran Danny kembali ke kamarnya dan kemudian menjilati kemaluannya dari sisa-sisa sperma yang dibuang Tory dan Pedro ke dalam vaginanya, Lia hanya dapat menyaksikan dengan diam. Pandangannya pada Danny sudah hambar. Bukannya karena Danny tidak dapat menyelamatkan dia saat-saat menderita. Tetapi Lia kini yakin bahwa Danny tidak mungkin dapat memberikan kenikmatan ranjang macam Pedro dan Tory. Danny tidak akan mampu merangsang birahinya untuk meraih orgasmenya. Dan di mata Lia kini, Danny memang hanya pantas menjadi budak atau anjing yang menjilati sperma buangan tuannya.

Semua yang dilakukan Danny sepenuhnya berada dalam pengawasan Pedro dan Tory. Mereka puas melihat Danny. Mereka juga puas melihat Lia. Kini tali-tali mereka akan dilepaskan. Pedro dan Tory yakin bahwa Danny dan Lia sekarang bukan lagi Danny dan Lia pada 4 jam yang lalu.
'Tadi saat kalian datang, kami sepenuhnya melayani kalian. Sekarang kamu menjadi pelayan-pelayan kami, menjadi budak-budak kami, menjadi anjing-anjing yang setia pada kami. Dengar, kami akan bermurah hati melepaskan tali kalian. Agar kalian selalu siap menjalankan perintah kami berdua'.

Kemudian tali-tali mereka dilepaskan. Tory memerintahkan keduanya untuk mandi dan berganti pakaian. Pedro dan Tory akan menunggu mereka untuk makan malam di teras kebun. Tempat itu sengaja dipilih karena malam ini adalah malam purnama. Danny dan Lia akan disuguhi pemandangan malam yang sangat indah. Tory membisikkan kepada Danny dan Lia, bahwa dia telah memasak makanan kesukaan mereka. Sebelum meninggalkan pasangan itu, Pedro dan Tory menyampaikan selamat malam dengan sangat santun.

Sekitar 30 menit kemudian..
Nampak obor minyak di atas tiang-tiang yang terpancang di seputar teras kebun itu menyala menyertai nyala lilin-lilin di seputar meja makan besar di beranda dengan anggun dan penuh romantisme. Di teras itu bulan purnama tampak seakan-akan jatuh ke lantainya. Lantai terracotta teras menunjukkan bentuknya. Kotak-kotak persegi 20 X 20 cm. Bayangan potongan kotak itu membuat garis lurus dan perspektif yang menembus hutan tropis yang mengelililngi Villa Forest Garden. Saat pasangan Danny dan Lia datang, Pedro dan Tory dengan pakaian yang paling apik miliknya telah menunggu di sana. Mereka serentak berdiri bersama-sama, menyambut Danny dan Lia layaknya selaku tuan rumah yang anggun dan terhormat.

Tory menunjukkan selera humornya yang tinggi. Kepada Danny dan Lia, Pedro menyebutnya sebagai pasangan yang paling terhormat dan tak ternoda. Kemudian dia beranjak kecil ke meja kecil di sebelahnya. Dia meraih sebuah tangkai yang berakhir dengan bentuk semacam corong besar, ternyata itu adalah Gramaphone, alat musik antik jaman baheula. Dengan terampil Pedro memasang piringan hitamnya. Lamat-lamat terdengar musik klasik karya John Sebastian Bach, 'Bourree from Cello Suite' yang seketika memberikan suasana lebih romantis di ruang teras itu.

Mereka langsung bergembira. Kaki-kaki mereka berdendang. Pada tamunya Pedro menuangkan Red Wine. Dia mengajak toast pada semua yang hadir sebagai pembuka makan malam itu. Pedro meneruskan membuka tutup-tutup hidangan. Dan terbentanglah makanan pilihan yang lezat. Sekali lagi pasangan itu, khususnya Lia menyampaikan pujian pada juru masaknya, Tory. Tetapi kata-katanya dalam pujian itu agak sedikit lain dibandingkan kata-kata yang dia ucapkan pada makan malam sebelumnya.
'Ternyata Pak Tory bukan hanya ahli dalam hal masak memasak. Dia juga sangat hebat dan menggetarkan saat di ranjang'.
Dia tutup kata-kata pujian itu sambil melirik suaminya Danny yang langsung mengangguk tanda setuju. Kemudian terdengar tepukan tangan dari semua yang hadir. Sepanjang makan, Pedro, Tory, Danny dan Lia saling berbincang dengan penuh keramah-tamahan.

Hingga saat selesai makan malam. Semua yang hadir disajikan minuman penutup. Masing-masing menerima satu gelas kecil cairan kuning bening. Minuman itu diharapkan akan langsung habis dengan sekali tenggak. Kepada Danny dan Lia, secara khusus Tory menyampaikan bahwa malam ini Pedro dan Tory akan bergantian menikmati 'layanan kamar' Lia istrinya. Mereka mengharapkan Danny selalu siap di kamar. Disamping tugas rutin sebagaimana yang telah dia laksanakan sebelum makan malam tadi, kemungkinan juga akan ada tugas lain yang juga harus dilaksanakan dengan setia. Pasangan Danny dan Lia menyatakan siap melayani Pedro dan Tory. Saat Danny dan Lia kembali ke kamar pengantinnya, mereka mendapatkan suasananya telah berganti. Bed cover, lampu di dinding, pewangi ruangan, bunga sedap malam di arah pintu telah mengubah kamar itu menjadi demikian terasa lebih romantis dan sangat damai.

Teringat bahwa malam itu Lia akan mendapat 'tamu' dan dia harus memberikan layanan istimewa pada mereka, dia masuk ke kamar ganti pakaian di dekat kamar mandi. Dia ganti pakaian makan malam tadi dengan pakaian tidur yang tipis, hingga menampakkan bra serta celana dalamnya. Wewangian yang erotis dia semprotkan ke sekujur tubuhnya sehingga malam itu Lia nampak sangat sensual di depan tamunya. Saat keluar dari kamar pakaian itu, Danny menjemputnya. Kontol Danny langsung ngaceng melihat betapa sensualnya Lia istrinya. Dia membayangkan betapa Lia nanti akan sangat menikmati serbuan begundal Tory dan Pedro. Dia membayangkan betapa kontol-kontol mereka dicengkeram dinding-dinding gatal vagina istrinya yang penuh pesona itu.

Bersambung . . . .

Misteri Villa forest garden - 3

Tapi kini Danny tidak lagi berada di kamar ini. Yang nampak kini adalah Pedro dan Tory yang sama-sama telah berbugil ria. Dan kontol-kontol mereka itu, kenapa mata Lia dibuatnya sangat terpesona? Kontol-kontol itu tegak ngaceng dengan kokoh dan tegarnya.

Lia berpikir akankah mereka juga akan seperti Danny? Menempelkan atau menusukkan kontol-kontol yang luar biasa itu ke bibir vaginanya? Akankah dia akan membiarkan dan menerima kehadiran kontol-kontol yang bukan milik suaminya itu? Akankah dia mampu menerima serangan badai nafsu serigala para brutal itu? Dari celah matanya yang basah karena air mata, Lia melirik ke kontol para brutal tersebut.

Tiba-tiba perasaan seperti yang terjadi pada saat bersama Danny memasuki kamar usai makan malam tadi melintas. Rasa ingin, ingin, ingin, ingin, keinginan yang kuat, keinginan yang meledak-ledak, ingin Danny melanjutkan tusukan kontolnya ke lubang kemaluannya, melanjutkan kenikmatan birahi yang mulai memuncak. Mungkinkah itu? Bagaimana mungkin?

Yang nampak jelas siap melakukan itu justru Tory dan Pedro yang telah telanjang bulat dengan kontol-kontol keras besar panjang mereka itu. Mereka sangat siap dan sangat mungkin memperkosanya. Ooohh.., alangkah ngerinyaa..
Lia berusaha menepis perasaan yang sangat menakutkan itu. Dipalingkan wajahnya dari kontol-kontol itu. Sungguh ngeri membayangkan kontol sebesar dan sepanjang milik para brutal itu menembus memeknya. Apabila hal itu terjadi pasti akan merobek-robek vaginanya.

Tetapi darah dan jantung ini? Mengapa darah dan jantung Lia terus berdegup kencang sejak makan malam tadi seakan ada yang terus merangsangnya. Dan kini bahkan semakin kencang serta kuat memacu darahnya, setelah Tory dan Pedro mencekoki cairan kuning bening tadi. Apakah itu obat perangsang seksual yang membuat dirinya tidak dapat melepaskan pandangannya atau memalingkan wajahnya dari kontol-kontol Pedro dan Tory itu? Ah, sangat mungkin..! Bukankah Pedro dan Tory nampak jelas telah mempersiapkan semua rencana jahatnya ini. Topeng itu, kampak itu, gedoran di pintu itu. Semua merupakan bagian rencana jahatnya. Dengan memberikan obat perangsang birahi seksual, korbannya akan cepat takluk dan mengikuti kemauan bejat seksualnya. Korbannya akan patuh untuk menjadi budak seksualnya.

Lia akan cepat menyerah dan sangat kehausan untuk secepatnya menikmati kontol-kontol para pejantan itu. Ahh.., degup jantung ini.., kenapa jadi sulit sekali, membuang keinginannya untuk tidak kembali melirik kontol-kontol pejantan itu.
'Oohh.., jangann.. jangann..!'
Lia memejamkan matanya untuk menghapus semua lintasan pikirannya, wajahnya memucat, kemudian memerah, kemudian kembali memucat, kembali memerah. Bayangan akan kontol-kontol besar itu jadi berbalik sangat menggairahkannya.

Perasaan ngeri, takut, cemas tetapi tidak sepenuhnya ingin benar-benar menghindar, rasa birahi yang terus mengejarnyaa, dirasuki dengan penuh kebimbangan dan keraguan, semuanya serba bercampur aduk. Lia dilanda kebingungan yang amat sangat. Khayalan-khayalan liarnya yang terus memburu tidak dapat dilenyapkan dari kepalanya. Detak dan degup jantungnya juga tak dapat dikendalikannya.
'Akankah.., Ohh.., ampuni aku Danny.., Dannyy.., ampuni akuu.., aku tidak mampu mengambil keputusan.., tolongg.., aku membutuhkan kk.. kkaamuu.. uu.. uuhh..'.
Dan memang, keputusan akhirnya bukanlah di tangan Lia.

Begitu terlempar ke kamar buangannya, pertama-tama yang dicari Danny adalah lubang. Lubang atau celah di dinding, dimana dia dapat mengintip istrinya yang telanjang. Pengaruh minuman yang dijejalkan Pedro dan Tory tadi membuat libido Danny terangsang dengan hebat, saat ini yang diperlukan Danny adalah dapat mengintip istrinya telanjang, dia ingin melakukan mastubasi.

Ternyata dia dapatkan, kamar villa yang seluruhnya dibuat dari kayu dan balok itu memberikan celah di antara dua baloknya. Celah itu cukup longgar. Danny serta merta beringsut ke celah itu. Tetapi ternyata celah itu terlampau tinggi di atas kepala Danny. Dengan ikatan tali pada tangan dan kakinya Danny kesulitan untuk berdiri maupun sekedar jongkok. Sementara celah itu dapat dia raih setidak-tidaknya dengan berjongkok. Dia mengamati sekeliling kamar itu.

Dari kamar sebelah terdengar suara riuh. Terdengar 'hah, huh, hah, huh..', suara istrinya yang mulutnya terbungkam celana dalam dekil milik Tory. Danny jadi panik, dia memastikan sesuatu telah terjadi pada istrinya. Dia gulingkan tubuhnya ke sebuah kotak kayu di pojok kamar itu. Dia coba menendang kotak itu dengan kaki terikat agar dapat didekatkan ke dinding. Berhasil. Danny kembali berguling. Memerlukan perjuangan cukup panjang untuk dapat memanjat kotak itu dengan kaki dan tangan yang terikat.

Sementara itu suara istrinya sudah terdengar berbeda, dalam waktu singkat suara itu telah berubah menjadi desahan dan rintihan, disamping juga terdengar suara Tory atau Pedro atau kedua-duanya. Mereka terdengar berbicara dalam bahasa daerah mereka yang Danny sama sekali tidak memahami artinya, tetapi Danny memastikan mereka sedang melakukan sesuatu hal yang tidak senonoh pada Lia istrinya yang kini terikat dan telanjang bulat di depan mereka.

Akhirnya setelah berjuang keras untuk memanjat kotak kayu itu, dalam keadaan terikat tangan dan kakinya mata Danny kini dapat menyaksikan Tory sedang memeluk dan menciumi kedua payudara istrinya. Dan Pedro dari arah lain sedang memeluk paha Lia serta wajahnya tenggelam dalam selangkangannya. Nampak kepala Pedro naik turun menjilati arah kemaluan Lia. Seketika itu juga seolah-olah ada sejuta petir menghantam kesadaran Danny. Dia langsung terjungkal ke lantai. Danny kehilangan kesadarannya. Tetapi hanya sesaat, dalam keadaan terkapar di lantai nampak kelopak mata Danny yang lelah pelan-pelan terbuka. dan kemudian dengan cepat dia bangkit dan kembali berusaha merangkak ke kotak itu untuk mengintip celah di dinding itu.

Bermenit-menit dia lalui untuk mampu kembali pada posisi dimana dia dapat mengintip kamar istrinya yang saat ini sedang digarap oleh Tory dan Pedro. Suara erangan yang telah berganti menjadi suara desahan dan rintihan istrinya terus terdengar, juga pembicaraan antara Tory dan Pedro yang tidak diketahui maknanya oleh Danny terdengar semakin cepat bersahut-sahutan.

Sementara itu telah terjadi hal yang aneh pada diri Danny, mungkin pengaruh dari makanan dan minuman yang dicekokkan oleh para begundal itu ke mulutnya atau setelah menyaksikan istrinya dikerjai secara brutal oleh dua begundal itu sehingga membuatnya terjungkal ke lantai, atau mungkin juga campuran dari keduanya. Saat dia kembali menaiki kotak itu, dorongan keinginannya sudah berganti. Dia tidak lagi ingin mengintip untuk melihat istrinya yang telanjang atau untuk menyaksikan bagaimana istrinya dengan gigih melawan kedua brutal itu.

Yang diinginkannya sekarang adalah menyaksikan bagaimana kedua brutal itu yang dengan kontol besar dan panjangnya dapat memberikan kenikmatan erotik dan sensasional kepada istrinya. Sekarang dia ingin menikmati pemandangan bagaimana istrinya dientot oleh para begundal itu. Danny kembali ngaceng berat. Lebih sensasional daripada sebelumnya. Dia ingin secepatnya menyalurkan syahwatnya. Dia ingin melakukan masturbasi sambil menonton istrinya dientot para berandal-berandal di kamar sebelah itu.

Inikah yang disebut 'shock terapy'? Sebuah peristiwa yang sangat luar biasa yang mampu dengan seketika mengubah mental, selera, cara pandang ataupun keyakinan seseorang. Yang mampu mengubah Danny, dari ketakutan serta kekhawatiran yang mencekam, menjadi sesuatu yang justru dia harapkan untuk terjadi? Dari yang awalnya berkeinginan untuk menolong menjadi keinginan untuk ikut menikmati?

Dan itulah yang terjadi. Saat matanya kembali di lubang ingintipan tersebut, kini dia menyaksikan bahwa telah terjadi perkembangan. Nampak sumpal pada mulut istrinya sudah dilepas, walaupun pada tangan dan kakinya masih terikat pada ranjang itu. Nampak istrinya menggeliat-geliat tetapi tidak berteriak menolak. Yang terdengar justru desahan dan rintihan dari mulut Lia yang terdengar penuh kenikmatan, bahkan mata Lia nampak memandang Tory dengan kontolnya yang sangat besar, sedang memompa kemaluannya.

Danny melihat bagaimana pinggul istrinya sedemikian bergairahnya menjemput keluar masuknya kontol Tory yang kelewat besar itu. Adakah Lia juga telah diterkam obat perangsang itu, sehingga membuatnya kini menyerah dalam jarahan seksual para begundal itu?
'Ah masa bodohlah, aku sendiri punya kebutuhan pula, birahiku oohh, menyaksikan istriku dientot para begundal itu', demikian pikir Danny.

Jarak lubang dengan posisi istrinya yang terikat ini tidak lebih dari 1 meter di kamar yang relatif sempit itu. Danny dapat dengan nyata menyaksikan mengkilatnya batang kontol Tory yang keluar masuk menembus memek Lia istrinya. Tanpa dapat dicegah, air liur Danny menetes saat melihat kontol Tory yang luar biasa itu. Telinganya yang menangkap suara desahan dan rintihan istrinya yang tidak lagi terbungkam itu sebagai pertanda kenikmatan yang sedang melanda istrinya. Danny tersenyum. Kontolnya yang ngaceng dipepetkannya ke dinding. Pelan-pelan digosok-gosokkannya. Duhh.., nikmatnyaa..

Dari lubang ingintipan itu, Danny melihat Tory semakin cepat memompa. Makin cepat, makin cepat, cepat, cepat.. Dan, 'AACCHH..', terdengar teriakan Tory.. Dan sperma Danny muncrat berbarengan dengan air mani Tory yang tumpah-ruah di kemaluan dan tubuh istrinya Lia. Itulah kepuasan seksual pertama sejak perkawinannya dengan Lia istrinya, pada hari-hari yang seharusnya penuh bahagia, pada hari-hari bulan madunya.

Kemudian Danny lemah terduduk. Tetapi tidak lama. Dia mendengar kembali suara-suara desahan dan rintihan dari kamar sebelah, Danny kembali mengintip. Kini dia melihat Pedro menindih tubuh istrinya. Dia melumat leher, ketiak dan dada Lia. Sementara tangan kanannya memegang kontolnya yang bukan main indahnya di mata Danny kini, dan tangan kirinya memeluk pinggul Lia untuk menempatkan lubang kemaluannya persis di ujung kontolnya. Dan yang menjadi sasaran birahi Danny sekarang adalah menyaksikan istrinya Lia menggeliat-geliatkan pinggulnya menahan kenikmatan pada saat vaginanya melahap ujung kontol Pedro. Tubuhnya dicekal oleh otot-otot lengan Pedro. Dan vagina Lia dengan penuh kepasrahan menerima tembusan dan tusukan nikmat dari begundal brutal itu.

Mata Danny melotot melihat adegan-adegan itu. Kontolnya kembali bangkit ngaceng. Obat perangsang yang dicekokkan padanya membuat kontolnya tidak dapat tidur. Dan kembali dinding kamarnya menerima gosokan kontol Danny. Dan keadaan Lia sendiri, tak terhindarkan lagi, kebrutalan para begundal itu mulai menjadi, Lia menyaksikan wajah Tory langsung tenggelam, dia rasakan sedotan bibir tebal dan jilatan-jialatan lidah kasarnya yang merambahi ketiak, leher, dadanya..

Dia rasakan bagaimana bibir Tory mencaplok kedua payudaranya. Lidahnya menari-nari pada putingnya. Gigitan kecil tetapi terasa sangat kasar membuat putingnya menjadi perih. Tetapi yang dia rasakan sangat aneh adalah.., perasaan ngeri, takut dan cemas itu, mengapa pupus, ternyata pupus, mengapa yang hadir kini justru rasa haus yang amat sangat. Dia diserang rasa kehausan yang amat sangat. Ingin sekali dia mendapatkan air untuk tenggorokannya. Ingin sekali, ingin sekali. Dia sangat menantikan Tory mengangkat celana pesingnya yang membungkam mulutnya. Dia sangat menantikan bibir tebal Tory melumat bibirnya. Dia ingin sekali meminum ludah Tory langsung dari mulutnya.
'Oohh Toryi toloong.. akuu hauss.., tolong Toryii, tolongg..'.
Dan kehausan itu semakin menjadi ketika dilihatnya Pedro menyusul menenggelamkan wajahnya ke selangkangannya. Lidah Pedro yang juga kuat dan kasar itu langsung menjilat seluruh bibir kemaluannya. Langsung membor lubang vaginanya.

Bersambung . . . . .

Misteri Villa forest garden - 6

Kembali Lia mengaduh dan merintih merasakan pedih dan rasa panas yang sangat tak terperikan pada lubang duburnya. Kontol Pedro yang terus mengocok-ngocok lubang itu sama sekali tak mengendorkan serangannya barang sedikit pun. Semakin keras rintihan yang kemudian disusul tangisan dari mulut Lia, semakin beringas pula Pedro menusukkan kontolnya ke dubur Lia. Hingga akhirnya Lia kembali pingsan. Dan itu justru membuat Pedro menggila. Dia meracau, mengumpat, mencaci. Semua kata-kata kotor bertebaran dalam ruang kamar pengantin yang sempit itu.

Sementara itu Tory telah siuman, dan Danny melihat Tory mendekatinya. Tanpa ba-bi-bu, Tory menerkam Danny. Ditelentangkannya Danny ke lantai. Rupanya Tory nafsunya bangkit kembali saat menyaksikan Pedro ngentot pantat Lia. Dan bagi Tory sama saja. Dia tidak akan sabar menunggu Pedro. Ditindihnya tubuh Danny, selangkangannya dipaksanya terbuka. Kemudian kaki-kaki Danny diangkat ke pundaknya. Kontol yang kaku besar panjang ngaceng itu tanpa menunggu pelumasan langsung ditembakkan ke anal Danny.

Saat itu Danny agak sadar, bahwa sebagai lelaki dia belum pernah dientot sesama lelaki. Tetapi Tory ini adalah tuannya, dan Danny adalah anjing setianya. Dia akan melayani Tory sebaik-baiknya. Direngkuhnya tubuh berotot Tory, dipeluknya. Dan saat Tory mendaratkan bibir tebal untuk melumat bibirnya, dia menyambutnya dengan penuh kegembiraan. Kegembiraan seekor anjing yang dapat memuaskan tuannya.

Tetapi, saat kontol besar panjang milik Tory itu benar-benar menusuk dengan tajam ke lubang pantatnya, sebagaimana yang dirasakan oleh Lia, seakan ada besi membara yang menghunjam pada analnya. Sakit, pedih, perih dan panasnya yang luar biasa. Kesakitan yang amat sangat yang menimpa Danny membuat pandangannya kabur, kabur, kabur.., kemudian gelap.., menyusul Lia istrinya, Danny ikut pingsan..

Pukul 7, pagi harinya..
Danny menggeliat. Panas matahari pagi yang menembus jendela kamar Villa Forest Garden jatuh ke wajahnya sehingga membuatnya tersadar. Samar-samar terlintas dalam ingatannya saat-saat yang sangat menyakitkan tadi malam, dengan perasaan yang penuh putus asa dan hati yang sangat kecut Danny membuka matanya pelan. Dimana Tory dan Pedro? Pantatnya masih terasa pedih karena tusukkan kontol Tory semalam.

Dilihatnya sekeliling kamar dengan ekor matanya, dan.. Dengan cepat serta penuh keterkejutan, serta merta Danny bangun dengan masih berbugil. Ini bukan kamar yang tadi malam, kamar ini adalah kamar yang diberikan oleh Tory penjaga villa untuk pasangan Danny dan Lia. Lukisan di dinding, lampu meja, gordyn, meja dan kursi rias itu. Dan pintu kamar itu.., sudah utuh kembali.. Pintu yang tadi malam hancur roboh diterjang para begundal itu..?

Lantas kamar yang tadi malam itu di mana? Apakah Tory dan Pedro memindahkan mereka kembali ke kamar ini?
Nampak Lia masih tidur disampingnya, yang kemudian juga menggeliat bangun disebabkan sinar matahari yang juga jatuh ke wajahnya.
'Lia ..', Danny memanggilnya pelan
Lia langsung membuka mata dan dengan gelagapan cepat bangkit duduk pula. Seperti halnya Danny, matanya juga menyapu interior kamar itu.
'Mas, kita dimana? Mana Tory dan Pedro ..?'.

Tapi Danny tidak langsung menjawab. Disingkapnya selimut istrinya. Masih sama-sama bugil. Di bukanya paha, selangkangan, dilihatnya mendekat, ada bercak darah mengering di pahanya. Itu pasti darah keperawanan Lia, tapi aku khan belum jadi bersanggama dengan kamu? Jadi..? Danny sepertinya protes. Atau kita hanya mimpi..? Mungkinkah ada mimpi kembar? Dua orang dalam mimpi yang sama? Mengalami kejadian yang sama? Dan akhirnya merasakan kepedihan yang sama pula? Tapi..

'Ssstt ..', dengan berjingkat Danny mengajak bangun.
Pertama-tama diintipnya keluar jendela. Aahh.., alangkah damainya. Pemandangan di luar jendela yang sangat asri dan segar. Nampak danau kecil di kejauhan yang ditimpa sinar matahari pagi, kabutnya belum sepenuhnya hilang dan kijang-kijang yang merumput. Indahnya alam ini.

Kemudian mereka menuju ke pintu. Masih terkunci tepat sebagaimana saat dia menguncinya tadi malam sebelum naik ke ranjang. Danny memutar kunci, klek.., dan memutar handlenya. Pintu terbuka. Dengan menuntun tangan Lia pelan-pelan, Danny melangkah keluar kamar, terus keluar, menuju beranda, tak ada meja besar, tak ada tiang obor itu, tak ada..

'Selamat pagi, Pak', sambut seorang lelaki tua, agak renta, disampingnya tampak lelaki yang agak muda, rasanya mereka bersaudara, mungkin bapak dengan anaknya.
'Pagii Pak, apa kabar?', Danny dan Lia berbareng menyahut.
'Bapak mau minum apa? Eeehh, maaf Pak. Saya baru bisa menghadap Bapak sekarang. Saya dan anak saya ini baru mudik dari desa seberang, maklum ada tetangga yang menikah, tidak enak kalau tidak datang..', Pak tua itu minta maaf pada pasangan Danny dan Lia.
'Ooohh yaa? Bapak ini siapa..?', tanya Danny dengan penuh curiga..
'Saya pelayan Pak Sumitra, Pak. Nama saya Tory. Dan ini anak saya Pedro yang menemani saya menjaga kebun Pak Sumitra ini..'.

Danny dan Lia tercekat. Tangan Lia yang langsung berkeringat dingin meremas tangan Danny.
'Ohh.., lantas yang tt..', Danny tidak menyelesaikan pertanyaannya karena keburu tangan Lia meremasnya agar tidak berbicara lebih jauh..
Suasana menjadi misterius. Tiba-tiba terdengar telepon berdering di kamar tidur mereka.
'Sebentar Pak..', Danny buru-buru beringsut sambil menarik tangan istrinya kembali ke kamar tidur.
Terdengar di ujung telepon, 'Hallo Danny, Lia, selamat bulan madu yaa..', itu suara Sumitra rekan Danny.
Lama Danny tidak menyahut, hingga, 'Hallo, ini Danny ya.., atau Lia..?'
'Yaa, yaa.. ini Danny.. apa kabar Pak Mitra?',
'Baikk, gimanaa.. enak tidur semalamm..?',
'Yaa.. enak Pakk.. terima kasih yaa..', Danny tidak ingin menceritakan peristiwa yang dialaminya.
'OK, baiklah, aku tidak akan mengganggu anda semua lho. Cuma cek dan ricek saja. Kalau perlu apa-apa suruh saja Pak Tory atau Pedro, mereka baik koq. Mereka sudah saya suruh untuk melayani sebaik-baiknya anda berdua. Jangan khawatir. O yaa, kalau ada perlu apa-apa telepon aku saja, nanti kubantu. Selamat Honey Moon.., byee..'.
Danny dan Lia langsung terduduk lemas. Lantas siapa yang mengaku Tory dan Pedro tadi malam? Dimana bunga sedap malam itu?
'Itu bukan mimpiku sendiri khan, Ma? Mama juga mimpi yang sama khan? Mama masih ingat saat pintu itu didobrak para begundal hingga hancur khan Ma? Mama lihat sendiri khan bagaimana ulah para begundal brutal itu?'
Pertanyan yang sama persis antara Danny dan Lia yang semua jawabannya semakin membuat misteriusnya apa yang dialami oleh Danny dan Lia semalam.

Dengan penasaran Danny menengok kamar sebelah. Terkunci. Dia perhatikan handlenya, diraihnya. Lho berdebu sekali, bukankah semalam Pedro membuka dan menutup pintu ini, yang tentunya meraih handle pintu ini..? Dengan alasan kagum dengan villa indah itu, Danny minta agar dibukakan pintu kamar itu pada Pak Tory. Agak lama Danny menunggu Pak Tory mengambil kunci.

'Maaf pak, kuncinya terselip di loteng, jadi saya cari dulu. Soalnya kamar ini sudah lama tidak pernah dibuka'.
Di kamar itu Danny melihat barang-barang tua, antik, yang ditumpuk begitu saja. Ada alat masak jaman Belanda, sendok garpu jaman Belanda, ada tangkai obor untuk para ambtenaar kalau bikin pesta kebun. Dan itu.., gramaphone di atas lemari tua.., Danny menggigil.
'Ini barang peninggalan pemilik lama Pak, orang Belanda, suami istri, kemudian diusir pulang ke negerinya karena ketahuan memperkosa pelayan lelakinya, aneh ya pak, sudah lama sekali, mungkin ada 70 tahun yang lalu, masih jaman Kompeni kata orang..', ujar Pak Tory.

Danny terkesiap mendengar cerita Pak Tory dan saat melihat barang-barang itu. Bukankah barang-barang ini yang tadi malam dipakai Tory untuk alat-alat makan malam? Dia tidak berani bertanya lebih jauh. Dia dapat mengira-ngira sendiri kurang lebih apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu.

Kemudian dia merapat ke dinding yang memisahkan kamar itu dengan kamar pengantin yang ditempatinya. Sekali lagi, Danny sungguh terkejut.., dilihatnya kotak yang dia gunakan sebagai tempat berdirinya semalam. Dan.. lubang itu.. tepat masih ada di situ.. Dan pada dinding itu.. Danny melihat ada cairan yang telah mengering.. Itu adalah spermanya yang muncrat tadi malam menyusul sesaat setelah Tory melepas spermanya juga.. Bulu kuduk Danny langsung berdiri..

Dan oleh karena ketakutannya yang amat sangat, dengan tanpa menunggu lebih lama lagi, Danny dan Lia memilih berbenah untuk pulang. Meninggalkan villa misterius itu. Setelah memberikan beberapa lembar ratusan ribu rupiah kepada Pak Tory dan Pedro, dengan alasan ada panggilan dari Jakarta, tanpa sempat meminum minuman yang disuguhkan oleh Pak Tory, Danny dan Lia segera meluncur membawa mobilnya, lari dari villa itu, pulang.

Sepanjang perjalanan mereka tidak banyak bicara. Masing-masing sepertinya telah terkena serangan trauma yang sangat hebat. Sangat menakutkan. Mereka berkesimpulan hutan tropis itu sangat angker. Apakah Pak Sumitra tidak tahu? Ataukah dia tidak percaya akan hal-hal seperti itu, sehingga dia tidak pernah memberi tahu padanya? Dan karena khawatir akan menimbulkan akibat yang tidak mengenakkan bagi kehidupan mereka berdua, Danny dan Lia sepakat untuk mengubur saja pengalaman yang mereka alami di villa itu. Mereka sepakat untuk tidak menceritakannya pada orang lain.

Dan pada akhirnya..
Tak ada hal yang berubah dalam pandangan umum pada kehidupan Danny dan Lia. Bagi orang lain di sekitar Danny dan Lia, keluarga di rumah, teman-teman kantor dan para relasi segalanya berjalan sebagaimana sebelumnya. Danny dan Lia secara teratur tetap rajin mengunjungi sanak saudaranya atau teman-temannya. Juga tidak pernah absen dari berbagai acara-acara keluarga maupun pertemuan-pertemuan antar teman sejawat.

Tetapi sebenarnya di luar pengetahuan orang lain, Danny dan Lia bukanlah Danny dan Lia yang pernah mereka kenal sebelum peristiwa bulan madu itu. Kini mereka menjadi pasangan yang paling terbuka dan dapat mengungkapkan masing-masing keinginannya dari lubuk hatinya yang paling dalam. Dan sekaligus dapat memenuhi harapan para undangan dalam pesta perkawinan mereka yang lalu, 'Semoga Danny dan Lia merupakan pasangan yang saling mendukung, membantu dan mengisi kekurangan yang satu terhadap yang lain'.

Pada suatu hari, sesaat setelah mereka berhubungan badan sebagaimana layaknya kehidupan suami istri.
'Mass.. aku rasanya koq ingin yang besaarr sekali.. bisa nggak, Mmaass..?',
'Oh yaa..? YANG HITAM yaa..? Aa.. aa.. aku ss.. setuju sekalii.., aku cc.. cariin yaa..?! Nanti aku yang NGELAYANIN yaa..?'.
Mata Lia nampak berbinar..

Jakarta, April 2003

Tamat

Misteri Villa forest garden - 5

Dan malam ini Danny siap melaksanakan tugas dan membantu istrinya hingga para tamunya benar-benar mendapatkan kepuasan lahir batin. Pedro dan Tory datang. Seperti biasanya mereka datang hanya dengan celana dalam. Nampak tubuh-tubuh mereka yang sangat kokoh, berotot dan tentu saja indah. Lia serta merta menyambut mereka. Lia berada di tengah-tengah mereka, menggayut pinggang mereka dengan manja dan menuntunnya keranjang.

Kemudian bersama-sama mereka menjatuhkan diri ke ranjang, kedua begundal itu saling berganti berpagutan dengan Lia. Dan dengan penuh keterampilan, satu persatu Lia melepaskan cawat Pedro kemudian Tory. Kontol mereka langsung mengayun, tangan Lia cepat meraihnya, mengelus-elusnya dengan penuh kelembutan.

Di pihak lain, tangan-tangan Pedro dan Tory melepaskan pakaian Lia. Nampak celana dalamnya sengaja dibiarkan tidak dilepasnya. Mulai terdengar desahan. Bibir Lia merekah menahan haus saat matanya melihat kontol Pedro yang dielusnya. Pedro tahu. Diraihnya rambut panjang Lia, dan ditekannya kepalanya hingga bibirnya menyentuh ujung kontol besar itu. Dan tak pelak lagi, mulut Lia langsung melahap dan mengulum kontol Pedro.

'Hai, anjing! Sini!', terdengar Tory memanggil Danny yang selalu siap.
'Aku tadi buang air lupa belum cebok. Sini, cebokin aku pakai lidahmu', Danny yang telah ngaceng berat menyaksikan kontol besar dalam mulut istrinya sangat bergairah menerima tugas dari Tory.
Dengan mengangkat salah satu kakinya ke atas ranjang, terbukalah daerah anal Tory. Danny mendekat kemudian menenggelamkan wajahnya ke pantat Tory dan tak ayal lagi langsung menceboki dengan cara menjilati anal Tory hingga segalanya bersih. Dia lakukan pula hal itu pada Pedro atas permintaannya dengan alasan yang sama.

Pada kesempatan itu, disebabkan oleh dorongan birahi Danny yang meledak-ledak tak tertahankan lagi, sambil menjilat anal Pedro dan Tory, Danny beronani. Tangannya menekan-nekan, mengelus dan mengocok-ngocok kemaluannya hingga precumnya keluar.

Lia merasakan mendapatkan kesempatan yang sangat memuaskan dalam menyalurkan naluri libidonya. Dia dapat melaksanakan obsesinya secara hewaniah dalam melampiaskan dendam birahinya yang selama ini divonis sebagai dosa, tabu, menyimpang, selingkuh dan sebagainya.

Tory dan Pedro telah memberikan kesempatan seluas-luasnya baginya untuk menjangkau kepuasan seksualnya. Dalam hal ini seakan Pedro maupun Tory menempatkan dirinya sebagai fasilitator yang menjembatani khayalan-khayalan seksnya menjadi kenyataan. Bukan sekedar teori, tetapi juga sarana, kemampuan, kekuatan dan ketahanan Pedro maupun Tory yang sungguh tak terperikan.

Kontol-kontol Pedro dan Tory merupakan sarana utama yang mampu memenuhi harapan dan keinginan Lia untuk sungguh-sunguuh menjadi istri dambaan Danny itu. Setiap Lia menyaksikan kontol-kontol itu, dengan tanpa menunggu lagi, respon birahi Lia langsung mencuat. Mulut Lia selalu siap menjemput untuk mengulum kontol-kontol itu. Memek Lia yang ranum selalu menunggu untuk ditembusnya. Pinggul dan pantat Lia siap 'ngebor', agar Tory dan Pedro mendapatkan layanan kenikmatan dari Lia semaksimal mungkin.

Sementara itu bagi Pedro dan Tory, kehadiran Lia di villa indah di tengah hutan ini sungguh merupakan rejeki nomplok. Bidadari, dewi, sang jelita, peri yang cantik, perawan sundal, perempuan sintal, perempuan binal, pelacur para dewa, penjilat kontol dan berbagai sebutan lain yang melukiskan kehebatannya sebagai wanita yang sangat pantas menjadi lambang kepuasan lelaki macam Pedro dan Tory.

Melihat Lia, menyaksikan buah dadanya yang selalu ranum, menyaksikan kemaluannya yang indah membukit, menyaksikan lembah-lembah pinggulnya, perutnya, ketiaknya, rasanya kontol mereka kurang lagi memadai. Mereka membayangkan, mengapa lelaki hanya memiliki satu kontol saja. Mereka bayangkan seandainya mereka memilik banyak kontol dan pada saat yang bersamaan kontol-kontol mereka itu dapat merambah sekaligus di wilayah-wilayah nikmat di tubuh bidadari dan dewi jelitanya, si Lia istri Danny itu.

Bagi Danny lain lagi. Pada peristiwa bulan madunya ini dia baru memahami bahwa kenikmatan seksual itu punya banyak aspek. Dia sungguh merasa menemukan nilai-nilai baru dalam kenikmatan seksual itu. Dia merasakan betapa nikmatnya menyaksikan istrinya merintih, mengerang serta mendesah bersamaan dengan saat kenikmatan melandanya ketika kontol-kontol Pedro dan Tory menembus memeknya. Dia juga merasakan kenikmatan yang hebat saat melihat mulut Lia penuh terisi oleh kepala kontol-kontol besar milik para begundal itu. Dia merasakan sangat nikmatnya menjilati sperma Tory dan Pedro yang muncrat dan ditinggalkan memenuhi rongga vagina Lia istrinya. Dia jilati hingga vagina Lia bersih tandas. Dia merasakan bukan main nikmatnya saat Tory memangilnya sebagai 'anjingnya' untuk menjilati kotoran di pantatnya yang disebabkan lupa cebok setelah buang air tadi. Dan nikmat yang sama juga dia dapatkan dari Pedro.
Dan sekarang Danny dengan penuh gairah berada di tengah kamar ini, dimana istrinya dengan penuh obsesi melayani nafsu bejat para begundal itu. Danny menunggu kenikmatan-kenikmatan berikutnya yang pasti akan datang dan diberikan oleh Pedro dan Tory.

'Hai kamu, budak! Sini, jilatin kontolku, lumasin dengan lidah kamu, biar mudah menembus memek istrimu nanti', panggil Pedro sambil menyodorkan kontolnya ke mulut Danny.
Dan dengan kepatuhan mutlak sebagai budaknya, dia laksanakan perintah Pedro. Rupanya Pedro keenakan merasakan jilatan Danny, sehingga dia perintahkan untuk mengulum-ngulumnya, dia mau spermanya muncrat ke dalam mulut Danny. Dia ingin melihat Danny yang penuh kehausan itu meminum spermanya.

Melihat Pedro menyeringai kenikmatan dengan muncratnya spermanya ke mulut Danny, Tory juga memanggil Danny untuk melakukan hal yang sama pada kontolnya yang hebat itu. Dan sekali lagi, Danny melaksanakan tugas itu sambil mengocok-ngocok kontolnya. Saat sperma Tory muncrat ke mulutnya dan dia mengenyam-ngenyamnya sebentar untuk merasakan betapa nikmatnya sperma itu sebelum meminumnya, kontol Danny juga berbarengan muntah. Spermanya mengotori lantai kamar pengantinnya.

Lia yang menyaksikan adegan-adegan itu langsung terdongkrak birahinya. Pedro ditariknya hingga telentang di ranjang. Memeknya diarahkannya untuk mencaplok kontol Pedro yang tak kunjung lemas itu, yang selalu tegak ngaceng dengan jamurnya yang besar tumpul dan mengilat-kilat itu. Kemudian ditekannya ke lubang vaginanya. Dan.., bless.., vaginanya secara lahap menelan kontol Pedro yang 20 cm itu. Dan seolah-olah menaiki kuda sembrani, Lia menggenjot habis-habisn memeknya ke kontol besar itu.

Sebelum Pedro kembali memuncratkan air maninya ke liang vaginanya, Lia telah berhasil meraih multi orgasmenya. 3 kali berturut-turut kemaluan Lia memuncratkan cairan birahinya. Nampaklah kontol Pedro yang diam tegak bak tugu Monas itu telah basah kuyup oleh cairan Lia yang muncrat-muncrat terpompa keluar. Teringat akan tugasnya, dan melihat cairan-cairan Lia muncrat-muncrat di batang kontol Pedro, Danny dengan sigap merebahkan dirinya ke atas kasur tepat di selangkangan Pedro. Mulutnya dan lidahnya dengan segera menjilati dan menyedot lelehan cairan pada batang tegar Pedro itu.

Demikianlah suasana dan kesibukan di kamar pengantin pasangan Danny dan Lia sepanjang malam itu. Danny dan Lia sepenuhnya sibuk melayani nafsu bejat para begundal tersebut. Dan Tory serta Pedro sangat menikmati dan puas dengan selang-seling pelayanan istimewa dari budak dan anjingnya. Saat jam di dinding menunjukkan pukul 4 dini hari, jauh sebelum matahari terbit di ufuk timur, Pedro, Tory, Danny dan Lia yang ternyata sama-sama tak kenal lelah, memasuki episode yang paling mendebarkan.

setelah Lia dientot Pedro dan Tory dengan cara nungging seperti anjing betina melayani para pejantan, Danny diperintahkan untuk menjilati dubur istrinya. Berkali-kali kepala Danny dijambak oleh kedua begundal itu untuk terus menjilati dubur Lia hingga benar-benar basah. setelah itu mulut Danny dijejali kontol-kontol besar mereka hingga kontol-kontol itu lumat dengan ludahnya. Ketika merasa telah cukup memadai, Tory meraih rambut panjang Lia yang tetap berposisi seperti anjing betina yang menunggu dientot para pejantan. Dihelanya rambut Lia seperi menghela kuda tunggang. Kontol besarnya dengan pasti diarahkan ke dubur Lia yang telah kuyup, basah oleh ludah Danny. Kontol yang tegak kaku itu ditusukkannya ke lubang dubur Lia. Tak ayal lagi, teriakan pilu karena rasa sakit bercampur nikmat yang sangat keluar lepas dari mulut Lia. Teriakan itu begitu panjang, seakan anjing betina yang menggonggong di malam bulan purnama ini.

Dan tanpa mengenal ampun, lubang dubur Lia ditembus kontol besar panjang Tory. Semangat memompa kontol Tory, membuat lubang dubur Lia seakan dirobek-robeknya. Rasa pedih, perih yang disertai rasa panas membara sepertinya batangan besi panas yang membuat sensasi rasa terbakarnya lubang dubur Lia membuat Lia kehilangan kesadaran. Lia pingsan. Tetapi itu semua tidak membuat Tory menghentikan serangannya. Genjotan kontolnya justru semakin memburu. Nafsu kebinatangannya semakin memburu. Birahinya yang meledak dan melanda kontolnya semakin memburu. Genjotan pompa Tory tak lagi terhentikan. Juga tangannya yang terus memegangi rambut Lia tak kunjung dilepaskannya. Dan itu yang membuat tubuh Lia tidak roboh walaupun dalam keadaan pingsan.
Dan hingga, 'AARRGGHH..', berbarengan dengan terdengarnya longlongan serigala di malam purnama ini.
Kontol Tory kembali memuncrat-muncratkan bertetes-tetes spermanya, dan baru kali inilah nampak Tory roboh bersamaan dengan robohnya tubuh Lia yang masih pingsan.

Danny, si anjing yang setia, budak yang selalu patuh, pelayan yang tahu apa yang harus dikerjakannya. Dia beringsut mendekati kontol Tory yang nampak masih setengah tegak di selangkangannya yang terbuka. Danny dengan setia menjilati kontol yang masih basah itu. Lidahnya dengan telaten menjilati celah-celah, tonjolan, lipatan dan lubang kencing Tory yang tampak semakin indah di mata Danny itu. Setelah itu, perhatian Danny beralih ke lubang dubur istrinya. Sperma yang meleleh dari lubang itu warnanya agak berbeda, tidak hanya putih bening, ada semburat kuning hijau yang membaur. Sperma itu pasti telah bercampur dengan apa yang ada di dalam dubur Lia. Dan Danny benar, saat lidahnya mulai menjilat untuk menyedotinya, hidungnya diterpa bau yang khas, bau anal dan kotoran Lia. Tetapi justru hal itu membuat Danny semakin horny dan bergairah.

Terdengar rintihan halus Lia, rupanya Lia mulai sadar dari pingsannya. Dia sedikit menggeliat, rintihannya semakin jelas. Danny tanpa merasa terganggu tetap meneruskan tugasnya. Tiba-tiba dirasakannya ada yang menarik dan menjambak rambutnya. Pedro.. Danny ditariknya dan dilemparkannya hingga terjengkang di lantai. Seperti halnya Tory, Pedro meraih tubuh Lia hingga berposisi tengkurap. Kemudian dengan tangannya yang kokoh diangkatnya pinggul Lia sehingga posisi Lia kembali menungging. Sementara Lia yang baru akan sadar sepenuhnya, kembali merintih dan mengerang. Dan sebagaimana halnya Tory juga, Pedro sama sekali tidak mengacuhkan keadaan Lia. Lubang dubur yang baru saja dibersihkan dari sperma yang bercampur dengan kotoran Lia oleh lidah dan bibir Danny, kembali digasaknya.

Bersambung . . . .

?

 
Design by Blogger Indonesia | Bloggerized by Pratama